Kutipan
Dengan Ilmu Seseorang Bisa Mendapatkan Kedudukan Yang Tinggi Walaupun Ia Itu Rakyat Gembel, Akan Tetapi Sebaliknya, Kebodohan Itu Akan Merendahkan Derajat Seseorang Walaupun Dia Itu Keturunan Orang" Pandai.
Bismillah
Malam sobat blogger, mw share ilmu lagi nih, yok mari kita simak baik".
Cara Islam Mengatasi Selingkuh.
Badai dalam membina Keluarga Sakinah SELALU ada dan pasti ada. Ada
dari faktor ekonomi, ada juga dari faktor eksternal yakni selingkuh. Dan
inilah yang menjadi favorit penyebab hancurnya rumah tangga (jika
tidak terselesaikan dengan baik). Maka Islam telah memberikan solusi
jitu dengan MENJAUHI. Jadi dengan tidak mendekati, maka penyakit yang
satu ini akan mudah tereliminasi.
Selingkuh dari segi bahasa
saja sudah mengandung makna negative. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang banyak : 1. tidak berterus
terang 2. tidak jujur atau serong 3. suka menyembunyikan sesuatu 4.
korup atau menggelapkan uang 5. memudah-mudahkaan perceraian
Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan dapat
ditimbulkan oleh siapapun.
Kelima-limanya tersebut tidak disukai
oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar perintah
Allah. Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah
terjadi perselingkuhan dalam keluarga yang sekarang akan dibahas.
Setiap
pasangan suami istri menginginkan rumah tangganya langgeng dan
berlangsung terus sampai tua atau maut hadir memisahkan, setiap
pasangan yang mengikrarkan akad pernikahan pasti menanamkan tekad
tersebut, maka dalam batas-batas tertentu tidak keliru kalau ada yang
berkata, menikah sekali seumur hidup, sebagai ungkapan tekad
mempertahankannya sekuat daya dan upaya agar ia tidak bubar di tengah
jalan.
Akan tetapi dalam perjalanannya pernikahan bukanlah tanpa
tantangan dan rintangan, kata orang, pernikahan adalah sampan yang
berlabuh di lautan, ia tidak mungkin terbebas dari hantaman ombak dan
terpaan angin, jika penumpang sampan mampu mengatasinya dengan baik
niscaya sampan akan sampai di pulau seberang dan yang ada di atasnya
selamat, begitulah perumpamaan pernikahan.
Ombak dan angin besar
yang bisa menenggelamkan sampan pernikahan dan terbukti melalui
penelitian dan pengamatan bahwa ia pemicu tertinggi dan nomor wahid bagi
karamnya perahu perkawinan adalah ketika pasangan 'melirik' orang
lain, tatkala pasangan termakan kata-kata, 'rumput tetangga lebih
hijau'. Karena lebih hijau ia lebih sedap dipandang dan lebih
menyejukkan mata. Kata-kata dari orang-orang yang hatinya dibalut
dengan penyakit syahwat yang kotor.
Inilah selingkuh yang dalam
kamus agama Islam dikenal dengan ZINA. Anda mungkin berkata, kami tidak
melakukan, kami tidak berbuat, kami hanya sekedar tertarik, saling
pandang, berbicara, curhat, kami sekedar berteman akrab, jalan bareng,
makan bareng, saling mengunjungi, saling bergurau dan bercerita,
saling.... Dan seterusnya. Kepada Anda saya katakan, jika Anda telah
bersuami atau beristri maka itulah selingkuh. Cobalah renungkan hadits
Nabi saw berikut ini.
كُتِبَ عَلَى
ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَمَحَالَةَ،
فَالعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا
الإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الكَلاَمُ، وَاليَدُ زِنَاهَا
البَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الخُطَا، وَالقَلْبُ يَهْوَى
وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ .
"Dicatat
atas Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkanya tidak
mungkin tidak, maka dua mata zinanya adalah memandang, dua telinga
zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan
zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati
menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau
didustakannya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Karena
telah terbukti bahwa selingkuh yang sama dengan zina merupakan kapak
terbesar yang merobohkan dan meruntuhkan bangunan rumah tangga, hal itu
karena siapapun yang masih memiliki fitrah yang lurus pasti menolak dan
melepehnya bahkan pelaku zina itu sendiri. Imam Ahmad meriwayatkan
dari Abu Umamah berkata, Seorang anak muda datang kepada Nabi saw, dia
berkata, "Ya Rasulullah, izinkanlah aku berzina." Maka orang-orang
berkumpul di sekelilingnya, mereka menghardiknya, mereka berkata,
"Diamlah kamu, diamlah kamu." Nabi saw bersabda, "Dekatkanlah dia ke
mari." Maka anak muda itu didekatkan, Nabi saw bersabda, "Duduklah,"
Anak muda tersebut duduk. Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina
untuk ibumu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku
untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk ibu
mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk putrimu?" Dia
menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi
bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk putri mereka." Nabi
bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk saudara perempuanmu?" Dia
menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi
bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk saudara perempuan
mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk bibimu dari
bapakmu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku
untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk bibi
dari bapak mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk
bibi dari ibumu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku
untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk
bibi dari ibu mereka." Lalu Nabi saw meletakkan tanganya di atasnya
sambil bersabda, "Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan
jagalah kehormatannya." Dia berkata, "Setelah itu anak muda tersebut
tidak melirik kepada apa pun.
Hal
yang sama berlaku untuk suami istri karena jika tidak maka suami
manapun yang berfitrah lurus ketika ditanya, Apakah kamu rela istrimu
berzina? Jawabannya bisa dipastikan, hal yang sama pada istri, jika dia
ditanya dengan pertanyaan yang sama niscaya jawabannya pastilah sama.
Lebih dari itu fitrah yang lurus juga akan menolak ketika misalnya ia
dijodohkan dan disandingkan dengan pelaku dosa ini.
Firman Allah,
الزَّانِي
لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا
يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ
"Laki-laki
yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini
melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang
demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin." (QS.An-Nur: 3).
Firman Allah,
الْخَبِيثَاتُ
لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ
لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ
مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ
"Wanita-wanita
yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik
adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk
wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari
apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu), bagi mereka ampunan
dan rizki yang mulia (surga)." (An-Nur: 26).
Karena
selingkuh alias zina merupakan penghancur rumah tangga dalam urutan
teratas maka maka Islam mengharamkannya demi menjaga kelangsungan dan
keberadaannya termasuk perantara-perantara dan wasilah-wasilahnya.
Firman Allah,
وَأَنْكِحُوا
الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ
يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ
عَلِيمٌ
"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk."
(Al-Isra': 32).
Ibnu Katsir berkata, "Allah berfirman
melarang hamba-hambaNya dari zina dan mendekatinya yakni melakukan
sebab-sebabnya dan pemicu-pemicunya."
Ibnu Sa'di berkata, "Larangan
mendekatinya lebih mendalam daripada larangan melakukannya, karena hal
itu mencakup larangan terhadap semua pengantar dan penyebabnya."
Ibnu
Utsaimin berkata, "Ayat ini menunjukkkan bahwa kita wajib meninggalkan
segala sesuatu yang membawa kepada zina, baik zina kelamin dan inilah
yang paling besar atau selainnya."
Islam adalah yang terbaik
tatanan dan aturannya termasuk dalam masalah hubungan laki-laki dengan
perempuan. Islam meletakkan kode etik yang beradab dalam hal ini yang
tidak dimiliki oleh aturan dan tatanan manapun di dunia ini. Semua itu
demi kebaikan dan kesucian masyarakat termasuk rumah tangga.
Sekali lagi mencegah itu
lebih baik dari memperbaiki. Karena dahsyatnya akibat dari selingkuh,
maka hindari dan jauhi ! . Kenikmatan dunia sesaat sangat tidak
berimbang dengan nikmatnya mempunyai keluarga yang sakinah dan cita-cita
syurga yang akan dimasuki bersama-sama sekeluarga. Amiin
Dari : Jamaah MPI dan pajagalan
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya .
semoga bermanfaat apa yang telah sobat blogger baca ini. amin
By:
Unknown
On 21.17
Bismillah
Malam ini aden mau share ilmu lagi nih, yaitu tentang Islamisasi Ilmu, langsung ja deh, sebelum baca baca bismillah dlu ya.
Sekitar tahun 1992 Prof. Dr. Mukti Ali di sela-sela sebuah seminar di
Gontor, tiba-tiba bergumam, "Bagi saya Islamisasi ilmu pengetahuan itu
omong kosong, apanya yang diislamkan, ilmu kan netral". Prof. Dr.
Baiquni yang waktu itu bersama beliau langsung menimpali, "Pak Mukti
tidak belajar sains, jadi tidak tahu di mana tidak Islamnya ilmu (sains)
itu."
Pak Mukti dengan antusias, menyahut, "Masa iya, bagaimana
itu?" "Sains di Barat itu pada tahap asumsi dan presupposisinya tidak
melibatkan Tuhan," jawab Baiquni. "Jadi ia menjadi sekuler dan
anti-Tuhan." Pak Mukti dengan kepolosan dan sikap akademiknya spontan
menjawab lagi, "Oh begitu". Diskusi terus berlangsung dan soal ilmu
serta Islamisasinya menjadi topik menarik.
Benarkah ilmu
pengetahuan masa kini itu tidak mengakui adanya Tuhan? Pernyataan
Prof. Baiquni sejalan dengan apa kata R.Hooykaas dalam Religion and The
Rise of Modern Science. Di Barat, dunia dulunya digambarkan sebagai
organisme, tapi sejak datangnya Copernicus hingga Newton, bergeser
menjadi mekanisme. Pergeseran cara pandang ini pada abad ke-17 telah
diprotes pengikut Aristotle. Menurut mereka, pandangan terhadap dunia
yang mekanistis itu telah menggiring manusia kepada atheisme
(kekafiran).
Tapi pendukung mekanisme seperti Beeckman, Basso,
Gasendi, dan Boyle tidak terima. Dengan dalih konsep mukjizat, Boyle
misalnya, beralasan, gambaran mekanistis bisa juga religius. Karena
jika materi dan gerak yang menjadi esensi organisme tidak cukup untuk
menerangkan fenomena alam, maka ini berarti memungkinkan adanya
intervensi Tuhan melalui mukjizat. Artinya masih ada peran Tuhan di
situ. Tuhan bisa sewaktu-waktu turun tangan mempengaruhi kausalitas
alam semesta. Inilah occassionalisme yang menjadi doktrin Kristen
hingga kini. Artinya Tuhan itu sangat transenden, berada jauh di sana
dan tidak terjangkau. Sementara alam berada di sini dan tidak selalu di
bawah pengawasan Tuhan.
Menggambarkan dunia sebagai
mekanisme, berarti melihatnya sebagai mesin. Bagi yang atheis, mesin
itu ada dengan sendirinya. Bagi yang theis, mesin itu diciptakan. Tapi
di Barat kekuasaan Pencipta itu direduksi dan akhirnya dihilangkan.
Dunia dulu diciptakan, namun kini bebas dari Penciptanya. Masih belum
lama ketika Henri de Monantheuil, seorang penulis Perancis, pada tahun
1599 menyatakan bahwa Tuhan adalah pencipta mesin dan ciptaan-Nya,
yaitu dunia ini, berjalan bagaikan sebuah mesin. Tentu, ini membuat
jamaah gereja berang. Tuhan gereja dianggap tidak ikut campur urusan
dunia.
Faham mekanisme tentang dunia inilah yang menguasai alam
pikiran Barat modern. Paradigma positivisme dan empirisisme dalam
sains Barat menjadi subur. Otoritas memahami dunia, kini berpindah dari
gereja ke tangan saintis. Descartes, Gassendi, Pascal, Berkley ,
Boyle, Huygens, dan Newton yang konon membela Tuhan, akhirnya merebut
otoritas Tuhan. Kesombongan pemikir Yunani ditiru, dan jargonnya "Man
is the standard of everything"dinyanyikan ulang. Benar-salah,
baik-buruk tidak perlu campur tangan Tuhan. Wahyu dikalahkan akal atau
diganti dengan akal.
Jika dulu gereja bisa marah pada
Copernicus dan Galelio dan menghukum Bruno, kini hanya dapat menangisi
ulah para saintis. Sementara para saintis seperti tidak mau repot dan
mengambil posisi, "yang tidak bisa dibuktikan secara empiris, bukan
sains". Teologi tidak bisa masuk dalam sains. Bicara fisika tidak perlu
melibatkan metafisika. Argumentasi Francis Bacon sangat empiristis,
"Ilmu berkembang karena kesamaan-kesamaan, sedangkan Tuhan tidak ada
kesamaannya." Maka dari itu dalam teori idola-nya Bacon mewanti-wanti
agar tidak melakukan induksi berdasarkan keyakinan.
Selain itu
Bacon juga mengakui, kita ini bodoh tentang kehendak dan kekuasaan
Tuhan yang tersurat dalam wahyu dan tersirat dalam ciptaan-Nya.
Descartes berpikiran sama, kehendak Tuhan tak dapat dipahami sehingga
menghalangi jalan rasionalisme. Terus? "Kita tidak perlu takut melawan
wahyu Tuhan dan melarang meneliti alam ini," katanya. Sebab tidak ada
larangan dalam wahyu. Tuhan memberi manusia hak menguasai alam. Oleh
sebab itu kita bisa seperti Tuhan dan mengikuti petunjuk akal kita.
Jadi, sebenarnya para saintis bukan tidak percaya Tuhan, tapi mereka
kesulitan mengkaitkan teologi dengan epistemologi. Tragedinya, standar
kebenaran dan metode penelitian pun akhirnya dimonopoli oleh
empirisisme rasional.
Sebenarnya argumentasi Descartes dan
Bacon masih belum beranjak dari pertanyaan Ibn Rusyd kepada al-Ghazali.
Namun karena Ibn Rusyd terlanjur lebih populer di kalangan gereja
dengan Averoismenya, pikiran al-Ghazali tidak dianggap. E. Gillson
dalam karyanya Revelation and Reason jelas sekali menyalahkan Ibn
Rusyd. Sebab dengan teori kebenaran gandanya, ia dianggap telah menabur
benih sekularisme pada Descartes, Malebanche, David Hume, dan pemikir
Barat lainnya. Tuhan tetap disembah dan diyakini wujud-Nya, tapi tidak
ditemukan hubungannya dengan pikiran, ilmu atau sains.
Al-Attas segera sadar ilmu pengetahuan modern
ternyata sarat nilai Barat. Andalannya akal semata dengan cara pandang
yang dualistis. Realitas hanya dibatasi pada Being yang temporal dan
human being menjadi sentral. Ismail al-Faruqi dan Hossein Nasr
mengamini. Al-Faruqi menyoal dualisme ilmu dan sistem pendidikan
muslim. Nasr mengkritisi, mengapa jejak Tuhan dihapuskan dari hukum
alam dan dari realitas alam. Ketiganya seakan menyesali, seandainya
yang menguasai dunia bukan Barat eksploitasi alam yang merusak itu tak
pernah terjadi.
Ilmu yang seperti itu harus diislamkan, kata
al-Attas. Namun mengislamkan ilmu itu tanpa syahadat dan jabat tangan
sang qadi. Diislamkan artinya dibebaskan, diserahdirikan kepada Tuhan.
Dibebaskan dari faham sekular yang ada dalam pikiran muslim. Khususnya
dalam penafsiran-penafsiran fakta-fakta dan formulasi teori-teori. Pada
saat yang sama dimasuki konsep din, manusia (insan), ilmu (ilm dan
ma'rifah), keadilan (‘adl), konsep amal yang benar (amal sebagai
adab), dan sebagainya. Jika Thomas Kuhn tegas bahwa ilmu itu sarat
nilai, dan paradigma keilmuan harus diubah berdasarkan worldview
masing-masing saintis. Bagi santri yang cerdas, tentu akan bergumam, la
siyyama Muslim.
Lalu apakah setelah itu akan lahir mobil
Islam, mesin Islam, pesawat terbang Islam, dan sebagainya? This is
silly question, kata al-Attas suatu ketika. Yang diislamkan adalah ilmu
dalam diri al-alim, dan bukan al-ma'lum (obyek ilmu), bukan pula
teknologi. Yang diislamkan adalah paradigma saintifiknya dan sekaligus
worldview-nya. Jika paradigma dan worldview-nya telah berserah diri
pada Tuhan, maka sains dapat memproduk teknologi yang ramah lingkungan.
Teknologi bisa serasi dengan maqasid syariah dan bukan dengan
nafsumanusia.
Dengan worldview Islam akan lahir ilmu yang
sesuai dengan fitrah manusia, fitrah alam semesta, dan fitrah yang
diturunkan (fitrah munazzalah), yakni Al-Qur'an, meminjam istilah Ibn
Taymiyyah. Dengan paradigma keilmuan Islam akan muncul ilmu yang
memadukan ayat-ayat Qur'aniyah, kauniyyah, dan nafsiyyah. Hasilnya
adalah ilmun-nafi' yang menjadi nutrisi iman dan pemicu amal. Itulah
cahaya yang menyinari kegelapan akal dan kerancuan pemikiran.(DR.Hamid
Fahmy Zarkasyi, Direktur Insist Jakarta)
Sumber dari sini
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ini.
Semoga apa yang telah sobat blogger baca bermanfaat.
amin
By:
Unknown
On 21.07
Bismillah
Malam nih aden mau share ilmu yang insya allah bermanfaat apabila dibaca dengan hati, ok langsung ja, sebelum baca baca bismillah dulu ya.
Sebagian
dari kita seringkali merasa 'harus' bersyukur ketika nikmat telah
diambil. Ketika Sakit menyadari Sehat. Ketika Sibuk menyadari nikmat
senggang. Ketika Miskin menyadari nikmat berpunya.
Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya, jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS
Ibrahim [14]: 7).
Sudah seharusnya kita sebagai hamba bersyukur
dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Mulai dalam kandungan
ibu sampai menjadi manusia yang bisa berpikir hingga kembali pada-Nya
adalah nikmat Allah yang tidak terhingga. Mulai dari kesenangan hidup,
rezeki, dan kasih sayangnya yang tak pernah putus.
Akankah kita
mengingkari, menentang, melanggar, dan tidak mau mengabdikan diri
kepada-Nya? Dari ayat di atas, kita dapat menarik hikmah bahwa
bersyukur adalah sebuah jalan untuk mencari keridhaan-Nya. Sebaliknya,
bila manusia mengingkari nikmat-Nya, bersiaplah menerima azab yang
sangat pedih.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus senantiasa
bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan Allah. Kita
mesti bersyukur saat memperoleh kesenangan dan bersabar saat tertimpa
musibah.
Rasulullah SAW bersabda, ''Perkara orang Mukmin itu
mengagumkan. Sesungguhnya, semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki
seorang pun selain orang Mukmin. Bila tertimpa kesenangan, ia
bersyukur dan syukur itu baik baginya. Bila tertimpa musibah, ia
bersabar dan sabar itu baik baginya.'' (HR Muslim No 5318).
Sesungguhnya, nikmat
yang telah diberikan Allah kepada kita sangat banyak jumlahnya dan tak
terhingga. Semua yang diberikan itu, sekiranya suatu saat Allah
menagihnya, kita tidak akan sanggup untuk membayarnya. Sebab, nikmat
itu diberikannya setiap saat dan tak pernah berhenti, mulai dari bangun
tidur hingga kita tertidur lagi. Alangkah pengasih dan penyayangnya
Allah kepada kita, umat manusia.
Allah SWT berfirman, ''Dan,
Dia telah memberikanmu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan
kepadanya. Dan, jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan sangat
mengingkari (nikmat Allah).'' (QS Ibrahim [14]: 34).
Rasulullah
SAW mengajarkan umatnya untuk bersyukur kepada manusia. Karena, syukur
kepada manusia merupakan salah satu bentuk tanda syukur kepada Allah
SWT. ''Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada
manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah.'' Abu Isa berkata,
''Ini adalah hadis hasan sahih.'' (HR Tirmidzi No 1877).
Pentingnya Bersyukur
Seorang sahabat bernama Atha, suatu hari menemui Aisyah RA. Lalu ia
bertanya, "Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang menakjubkan dari
Rasulullah SAW?" Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba Aisyah menangis.
Lalu Aisyah berkata, "Bagaimana tak menakjubkan, pada suatu malam beliau
mendatangiku, lalu pergi bersamaku ke tempat tidur dan berselimut
hingga kulitku menempel dengan kulitnya."
Kemudian Rasulullah
berkata, "Wahai putri Abu Bakar, biarkanlah aku beribadah kepada
Tuhanmu." Aisyah menjawab, "Saya senang berdekatan dengan Anda. Akan
tetapi, saya tidak akan menghalangi keinginan Anda." Rasulullah lalu
mengambil tempat air dan berwudhu, tanpa menuangkan banyak air.
Nabi
SAW pun shalat, lalu menangis hingga air matanya bercucuran membasahi
dadanya. "Beliau ruku, lalu menangis. Beliau sujud lalu menangis.
Beliau berdiri lagi lalu menangis. Begitu seterusnya hingga sahabat
bernama Bilal datang dan aku mempersilakannya masuk," papar Aisyah.
"Ya
Rasullulah, apa yang membuat Anda menangis? Padahal Allah telah
mengampuni dosa-dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang," tanya
Aisyah. "Tak bolehkah aku menghendaki agar menjadi seorang hamba yang
bersyukur?" ungkap Nabi SAW.
Kisah yang tercantum dalam kitab
Mukasyafah al-Qulub: al-Muqarrib ila Hadhrah allam al-Ghuyub Fi'ilm
at-Ashawwuf karya Imam Ghazali itu mengandung pesan bahwa umat manusia
harus selalu mensyukuri setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT.
Pentingnya
bersyukur telah dijelaskan dalam surah Ibrahim ayat 17. Allah SWT
berfirman, ".... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."
Sepertinya, kita perlu
belajar dari sejarah Kaum Saba'. Dikisahkan, Kaum Saba' begitu maju
peradabannya. Mereka menguasai teknologi yang tertinggi pada zamannya,
yakni telah berhasil membangun bendungan Ma'rib. Menurut penulis Yunani, Ma'rib merupakan salah satu kota termaju saat itu (sekarang Yaman) dan memiliki lahan yang subur.
Bendungan
Ma'rib mampu mengairi sekitar 9.600 ha lahan subur. Negeri itu pun
kaya-raya. Namun, karena mereka tak bersyukur atas nikmat yang begitu
melimpah, maka Allah menurunkan banjir besar yang menghancurkan semua
kekayaan yang dimiliki penduduk negeri Saba'. Dalam suatu tafsir
dijelaskan, mereka diberi azab karena tak taat kepada seruan nabi
utusan Allah.
Akhir-akhir ini, bangsa kita didera bencana yang
beruntun, mulai dari bencana alam hingga bencana kerusuhan horisontal
yang merenggut begitu banyak korban jiwa. Sepanjang tahun, bencana dan
kecelakaan datang silih berganti. Boleh jadi, semua itu merupakan ujian
dari Allah untuk menguji keimanan kita. Bisa pula, bencana itu
merupakan peringatan atau bahkan siksaan (azab) dari Allah karena kita
tak bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya.
Cara Bersyukur
Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah swt. Pertama, syukur dengan hati.
Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang
diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita,
tetapi karena anugerah dan pemberian Alloh Yang Maha Kuasa. Keyakinan
ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan
sedikit nikmat Alloh yang diperolehnya.
Kedua, syukur dengan lisan.
Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal dari Alloh
swt. Pengakuan ini diikuti dengan memuji Alloh melalui ucapan
alhamdulillah. Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak
menerima pujian adalah Allah.
Ketiga, syukur dengan perbuatan.
Hal ini dengan menggunakan nikmat Alloh pada jalan dan perbuatan yang
diridhoi-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan Alloh
dalam segala aspek kehidupan
Keempat, syukur dengan mengajak dan
berdakwah. Ketika kita merasa pentingnya beryukur, kita akan mengajak
dan mengingatkan orang lain untuk bersyukur. Mempererat Ukhuwah dengan
saling nasehat-menasehati dan tolong-menolong dengan sesama secara
IKHLAS.
Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim.
Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat
(Alloh) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur,
ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap
meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.
Selain
itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Alloh merupakan salah satu
kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur
kepada Alloh, alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas
mendapat adzab Allah SWT.
Allah telah memerintahkan
hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya:
"Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan
bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu." (QS
al-Baqarah:152)
Ahli Tafsir, Ali Ash Shobuni menjelaskan bahwa
yang dimaksud "Ingat kepada Alloh" itu adalah dengan Ibadah dan Ta'at,
maka Alloh akan ingat kepada kita, artinya memberikan pahala dan
ampunan. Selanjutnya kita wajib bersyukur atas nikmat Allah dan jangan
mengingkarinya dengan berbuat dosa dan maksiat.
Telah
diriwayatkan bahwa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya: "Ya
Robb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau? Robbnya menjawab:
"Ingatlah Aku, dan janganlah kamu lupakan Aku. Jika kamu mengingat Aku
sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku,
kamu telah mengingkari nikmatKu".
Di zaman sekarang ini, betapa
banyak orang merefleksikan rasa bersyukur, namun dengan cara-cara yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syukur itu sendiri. Untuk itu, para
ulama telah menggariskan tata cara bersyukur yang benar, yakni dengan
cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah swt dan meninggalkan
maksiat.
Alloh swt telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa
orang-orang yang mau bersyukur atas nikmat yang diberikanNya sangatlah
sedikit. Kebanyakan manusia ingkar terhadap nikmat yang diberikan Alloh
kepada mereka. "Sesungguhnya Alloh benar-benar mempunyai karunia
yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak
mensyukurinya." [QS Yunus: 60]
"Katakanlah: "Siapakah yang
dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut yang kamu
berdoa kepadaNya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan
mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana
ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur." Katakanlah:
"Alloh menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam
kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukanNya." (QS Al-An'aam:
63-64).
Ketika manusia ditimpa berbagai macam kesusahan mereka
segara berdoa dan berjanji untuk bersyukur pada Allah jika bencana itu
dihindarkanNya. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari
bencana itu, mereka lupa bersyukur
bahkan kembali mempersekutukan Allah swt. Betapa banyak orang
menangis, meratap, memelas dan merengek-rengek meminta kepada Alloh swt
agar dihindarkan dari kesusahan hidup; masalah pribadi, soal
pekerjaan, musibah, dsb. Akan tetapi, ketika Alloh menghindarkan
mereka dari kesusahan mereka kembali lalai, bermaksiat, bahkan
menerapkan aturan-aturan selain aturan Allah. Bukankah hal ini
termasuk telah menyekutukan Allah swt?
Jangan sampai menunggu
nikmat tersebut diambil kembali Allah, baru kita menyadari pentingnya
bersyukur kepada Allah SWT. Wallahu a'lam
Sumber dari sini
Terimakasih Telah Berkunjung ke Blog saya ini.
Semoga Bermanfaat. amin
By:
Unknown
On 21.00
Menjelang
pertengahan bulan februari dimana-mana terlihat nuansa warna-warni
romantis seperti merah muda (pink) yang dianggap mencerminkan kasih
sayang. Hampir seluruh dunia mengenal tanggal 14 februari sebagai
valentine’s day atau popular dengan sebutan hari kasih sayang.
Belum
diketahui dengan pasti dari mana asal mulanya penetapan tanggal 14
februari, sebagai hari kasih sayang Valentine’s day mulai diadakan
sekitar pada abad ke-7 untuk memperingati seorang pendeta, saints
valentine, seorang yang dianggap suci, perlambang kasih sayang,
meninggal diroma pada tanggal 14 februari 269 M. selain sebagai pendeta
ia juga seoarang tabib yang dermawan, baik hati dan punya jiwa
patriotisme yang mampu membangkitkan semangat berjuang dan menyadarkan
rakyat roma dari keterkukungan dan ketidakadilan para penguasa.
Saat
itu romawi diperintah oleh kaisar claudius the ghoth yang terkenal
dengan kekejamannya. Kaisar claudius ingin memperluas daerah
kekuasaannya sehingga membutuhkan banyak tentara yang kuat yang harus
diambil dari kalangan para pemuda. Tetapi ketika itu banyak kalangan
pemuda yang menolak menjadi tentara karena tidak mau berpisah dengan
kekasihnya. Tentu saja kejadian ini membuat kaisar
marah, sehingga membuat ketentuan tidak boleh pacaraan atau menikah
bagi kaum muda. Pelanggar diancam dengan hukuman berat. Tidak ada yang
berani menentang peraturan tersebut kecuali pendeta saint valentine.
Ia
mendukung hubungan asmara itu antara pemuda, dan secara diam-diam
sering menikahkan pasangan yang saling mencintai. Lama-kelamaan tindakan
valentine diketahui kaisar, sehingga ia dimasukan keadalam penjara.
Tetapi hukuman tidak membuatnya jera. Sikap ini membuat para kaum muda
bersimpati padanya. Salah satu putri sipil yang secara diam-diam sering
mengunjungi penjara untuk menemui valentine sambil membawa hadiah berupa
makanan ataupun bunga.
Melihat reaksi para kaum muda begitu
besar perhatiannya kepada valentine, kaisar merasa khawatir jika kondisi
ini dibiarkan bukan tidak mungkin rakyat memberontak melawan. Kaisah
memerintahkan untuk membunuh pendeta valentine. Akhirnya dipenggalah
kepalanya. Sebelum mati ia menulis surat kepada putri sipir penjara yang
berbunyi ia tidak akan menyesal dengan apa yang ia perbuat, dia tetap
memegang prinsip cinta tidak dapat dikalahkan.
Untuk menghormati
pengorbanannya itu, tahun 496 M. Paus glasius menetapkan 14 Februari
sebagai hari saint valentine. Waktupun bergulir perayaan kematian saint
valentine sebagai tokoh kasih sayang berubah menjadi hari memilih
pasangan diantara kaum muda. Perayaan ini diperkirakan diambil dari
pesta muda-mudi di roma. Pesta lupercalia yang digelar setiap tanggal 15
februari.
Saat itu laki-laki menempelkan tulisan nama perempuan
yang dipilihnya di lengan bajunya. Dalam acara pesta itu diadakan acara
tukar menukar hadiah kemudian lupercalia dijadikan hari untuk
memperingati saint valentine tetapi tradisinya tetap terbawa. Akhirnya
hari valentine lebih dikenal sebagai hari cari jodoh. Yang semula untuk
perayaan hari kematian, menjadi hari mencari pasangan. Ini terjadi di
eropa pada abad ke-15. Perayaan valentin akhirnya dimanfaatkan oleh
kalangan dunia bisnis. Para intertainer berlomba mengadakan pagelaran
bertema valentine yang lain daripada yang lain dan tidak sedikit
mengarah kepergaulan bebas.
TERLARANG UNTUK ORANG ISLAM
Setalah
mengetahui asal mula terjadi valentine. Hendaknya kita jangan
mencoba-coba kebiasaan mereka. Allah SWT telah melarang umat Islam untuk
tidak mengikuti sesuatu yang tidak jelas sumbernya dan hukumnya seperti
dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan
dan semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya” (Qs. Al- isro).
Allah
dengan keras melarang umat islam untuk mengikuti kebiasaan orang kafir,
dan harus menjauhinya agar tidak terpedaya oleh mereka. Allah juga
telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman
jika kamu mengikuti orang-orang yang kafir, niscaya mereka
mengembalikan kamu menjadi kafir, lalu kamu menjadi orang-oarang yang
rugi.” (Qs. Ali Imron:149)
Disadari atau tidak, mereka selalu
berusaha agar umat Islam mau mengikuti agama mereka. “Orang-orang yahudi
dan nashrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti
mereka.” (Qs. Al-Baqorah: 120)
Kata “mengikuti” disini buikan
berarti murtad atau pindah agama, tetapi juga termasuk mengikuti
tradisi, adat, budaya. Upacara dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka
kerjakan.
Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengikuti suatu
kaum, maka ia akan menjadi bagian atau menjadi satu dengan kaum yang
ditiru.” (Hr. Ibnu Hanbal dan Abu dawud).
Perhatikannlah apa yang
telah dikatakan oleh Samuel Zwemmer salah satu direktur organisasi misi
dari Amerika Serikat, dan juga ketua Asosiasi agen Yahudi, dalam
konferensi di yarusalem tahun 1935.
Misi utama yang dibebankan
negara-negara kristen kepada kita bukanlah menjadi kaum muslimin sebagai
kristen, karena hal ini tidak akan sanggup kita laksanakan, tetapi
ingatlah, misi utama kita adalah harus menjauhkan kaum muslimin dari
ajaran Islam supaya mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan
Allah. Sehingga mereka tidak menggunakan norma akhlak sebagai pegangan
hidup Islam. Dengan demikian akan membuka pintu kemenangan bagi
imperialis atas kerajaan-kerajaan Islam. Tetapi tidak usah bergabung
dengan kita.
Masih mau merayakan Valentine…?
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.
Semoga Bermanfaat ya. amin.
By:
Unknown
On 20.58
Pada
suatu hari Rasulullah Saw., Melihat orang-orang berkumpul menggerumuni
seorang laki-laki yang mengamuk karena gila. lantas Rasulullah Saw,
bertanya Ada apa? mereka menjawab orang ini majnun (gila) wahai Rasulullah! Rasullah Saw besabda:
Ia tidak majnun tetapi mushaabun (orang yang di timpa musibah penyakit). Seraya Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya
yang di katakan majnun itu adalah orang selalu menepuk bahunya
(dadanya) karena takabur, yang melihat di dua sisinya (ujub), dan
sombong cara berjalannya.” (Al-nibayah 1 : 309).
Apa
yang di sabdakan Rasulullah Saw itu, mengundang pertanyaan di hati
para sahabat pada waktu itu. Tetapi mereka sadar itulah nasehat
Rasulullah Saw. Yang selalu di
selipkan dalam setiap pembicaraan yang perlu di renungkan, dan baru di
pahami setelah kian lama di pikirkan. sungguh merupakan ucapan yang
filosofis.
Kita sering melihat di kehidupan sehari-hari
orang-orang yang tidak waras akalnya. Pakaiannya kotor penuh debu,
makan minum tidak terurus, tidur di mana saja, Dan omongannya juga
tidak karuan. Ada kalanya mereka di perlakukan tidak secara manusiawi.
Diejek, dihina, diperolok-olokan, dan dijadikan bahan guyonan. Padahal
tidak seharusnya di perlakukan demikian, karena mereka itu sedang
sakit, di timpa musibah penyakit yang menutupi fungsi akalnya.
kasihanilah mereka, dan itulah yang di katakan Rasulullah Saw,
Al-Mushab (orang yang di timpa musibah).
Sebaliknya Rasulullah mengatakan, justu yang di sebut majnun
itu adalah orang yang sehat jasmaniyahnya, berakal tetapi tidak dapat
memfungsikan akalnya secara benar. Ini di tandai dengan suka menepuk
dada, merasa Dia yang paling hebat dan berjasa dengan segala macam
keberhasilan. Ia ujub dan takabur dengan segala atribut yang di
pakainya.
Mereka gagah dan ma'shiyyat, merasa modern
dan maju dengan perilaku yang hebat jika melakukan menimpang dari
ketentuan agamanya. Di manakah akal sehat mereka itu? jawabnya majnun, tertutup rapat.
Rasulullah Saw bersabda : Ada
tiga macam yang dapat membinasakan manusia, yaitu: mengikuti kerakusan
atau ketamakan, mengikuti hawa nafsu dan merasa megah dengan apa-apa
yang ada pada dirinya. Yang di maksud dengan majnun yang di
sabdakan nabi tadi, ialah orang yang dihinggapi sifat ujub, yang
selanjutnya melahirkan ketakaburan.
Ujub ini adalah gambaran
kejiwaan yang sangat berlebih-lebihan, saat seseorang menganggap
dirinya paling hebat di bandingi yang lainnya. Ia merasa paling pintar,
paling gagah, paling kaya, paling berkuasa, paling dominan dan
sebagainya. Pokoknya Dia merasa orang super dalam segala hal, yang
akhirnya memicu siafat arogansi dalam dirinya, menghina dan melecehkan
orang lain.
Sifat percaya diri memang harus ada dalam diri
seseorang ,merasa senang dan gembira di persilahkan, tetapi jika sudah
memasuki ketekaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain, inilah
yang dikatakan ujub yang di larang agama.
Siti Aisyah ra., pernah di tanya ; kapan seseorang di katakan melakukan perbua
tan jelek? beliau menjawab: Justru ketika Ia melakukan perbuatn baik.
Maksudnya di saat seseorang melakukan perbuatan yang baik, tetapi
dalam dirinya ada perasaan bahwa hanya dirinyalah yang dapat
melakukan hal itu, orang lain tidak ada, timbul takabur dalam
dirinya.
Ujub ini di golongkan kepada akhlak
radzilah (rendah) yang harus di hindari. Manusia harus ingat dan
sadar, bahwa Allah menciptakan manusia ini dalam bentuk tubuh yang
indah di banding dengan makhluk lainnya. Kemudian Allah SWT pun
melebihkan manusia satu dari yang lainnya, dalam harta atau kedudukan ,
fisik, dan kepintarannya.
Akibat buruk dari ujub ini ialah
hilangnya rasa saling hormat menghormati, lenyapnya rasa simpati orang
kepadanya, menanamkan kebencian, dan yang paling parah ialah jika yang
di jadikann pendorong ujub itu kemegahan yang semu, merasa paling
hebat, padahal di dalamnya itu kropos. Ia tidak sadar bahwa orang lain
mengetahui kelemahannya. sungguh ini adalah pembodohan terhadap dirinya
sendiri. Bukankah ada peribahasa sepintar-pintarnya tupai melompat ,
adakalanya terjatuh jua.
Ulama mengatakan, bahwa sifat ujub ini
tidak berdiri sendiri, tapi ada penunjangnya, ada pemicunya, Artinya
ada bahan-bahan yang dapat dijadikan alat untuk melakukan ujub.
Ada delapan macam yang dapat menjadi pemicu sifat ini. berikut ini macam-macamnya dan cara pengobatannya.
Pertama,
ujub dengan merasa megah dan kelebihan dalam fisik dan bentuk
badannya. Ia merasa bahwa fisiknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih
tampan dan kuat dari yang lainnya. di tambah dengan suaranya yang
lebih merdu. lantas ia over acting, takabur dan merendahkan yang
lainnya. ia merasa bahwa semua itu hasil jerih payahnya. padahal semua
itu adalah pemberian Tuhan yang maha kuasa yang harus di syukuri. Ia
sibuk mengurus dirinya, tetapi melupakan sang pencipta yang telah
menganugerahkan ni’mat kepadanya. Waktu-waktunya di habiskan untuk
memamerkan keindahan tubuhnya, kemerduan suaranya, dan kecantikan
parasnya. pujian yang di harapkannya, tepuk tangan dan sorak sorai
dambaannya. materi atau uang semata-mata di carinya.
Kedua,
ujub dengan merasa megah dan hebat karena mengendalikan kekuatan
fisiknya, dalam melawan musuh. Ia takabur dan susumbar bahwa tidak akan
ada orang yang dapat mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang
keliru, karena akan menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah
karena menganggap enteng lawan. Oleh sebab itu, banyak
kekalahan-kekalahan yang di derita oleh suatu kaum bukan karena tidak
dilatih atau tidak menggunakan alat alat canggih, tetapi kecolongan
menganggap enteng kepada lawan. untuk pengobatannya tidak ada jalan lain
kecuali manusia harus ingat, bahwa semakin tambah usia dari segi
jumlah akan semakin menurun dari segi kekuatan badannya. tenaga dari
hari ke hari semakin melemah, kosentrasi dan pemikiran juga semakin
menurun. Ia harus sadar dalam sejarah orang yang ujub, takabur dengan
kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya.
Ketiga, Orang
yang ujub dengan ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu
agama dan juga urusan-urusan keduaniaannya. Umumnya orang yang
demikian itu merasa dan menggap dirinya paling pintar. merasa bahwa
pendapatnya paling benar. Ia dapat bersilat lidah, tetapi bukan
kebenaran yang di cari, popularitas murahan yang ia dambakan. Tidak mau
bermusyawarah karena yang lain di anggap bodoh. jarang bertanya kepada
yang lain karena merasa cukup dengan ilmunya hasil otodidaknya.
Padahal adakalanya belajar sendiri tanpa guru akan menemui kekeliruan,
karena kecerdasan itu ada batasnya. Ia menganggap rendah bahkan
menghina kepada orang yang bersebrangan paham dengannya.
Keempat,
Ujub atau merasa megah dan bangga dengan keturunan. Artinya sombong
dirinya, karena ia merasa dirinya turunan ningrat atau bangsawan.
Biasanya orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang harus
di hormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala
hal. ia selalu mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu
adalah pembantunya, atau khadamnya yang dapat di perlakukan seenaknya
saja. Dia merasa menjadi Raja di lingkungan masyarakatnya. Timbullah
sifat sombong dan angkuhnya.
kelima, orang yang
ujub dan ta jub dengan pemimpinnya yang zhalim. Ia merasa megah
mempunyai pemimpin yang hebat dalam pidatonya, banyak para pengawalnya,
bertumpuk harta kekayaannya, tinggi kekuasaannya, luas pengaruhnya.
sehingga si pemimpin zhalim ini menjadi idolanya. Ia hanya memandang
dari luarnya, tidak memperhatikan bagaimana agama dan ilmu dari sang
pemimpin itu. Maka terjadilah pengultusan atau pendewaan terhadap
seseorang. Sebenaranya ini adalah kebodohan yang sangat besar.
Keenam,
orang yang merasa megah, gagah karena banyak anaknya yang dapat di
andalkan, banyak pembantu rumah tangganya, banyak kerabat dan handai
taulannya, banyak teman-teman sekantornya, tak terhitung pendukung dan
pengikutnya, punya backing dan pengawal yang kuat dan sebagainya. Ia
mengganggap bahwa dirinya tidak akan tergoyahkan. timbullah sifat
ujubnya, takabur dan menghina orang.
Ketujuh, Orang
yang merasa hebat karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong,
takabur, dan riya dengan hartanya itu. Seolah-olah Dia saja yang yang
kaya. Tinggi dalam ucapannya, over acting dalam tindakannya, tidak mau
kenal dengan yang miskin, suka pamer kekayaan, dan hidupnya mewah. Ia
suka infak atau zakat tetapi dasarnya riya. Dambaannya tiada lain hanya
ingin menambah kendaraannya yang lebih mewah, gedungnnya yang tinggi
menjulang, makannya yang lezat-lezat, pakaian yang mahal-mahal. Uruasan
agamanya terbangkalai.
Kedelapan, Orang yang ujub
dengan hasil pemikirannnya, yang keliru atau salah, (Al-Rayu al-khata).
Lalu Ia dengan mati-matian mempertahankan pahamnya yang keliru itu,
karena merasa benar, yang lain salah. Inilah yang di sabdakan
Rasulullah Saw. Bahwa yang akan melanda umat di akhir zaman ialah
ujubnya orang yang mempunyai pendapat terhadap paham atau pendapatnya
itu. Di sisi lain akan membinasakan umat, sehingga cerai berai jauh
dari petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah, dan tiap-tiap firkah merasa
megah dengan apa yang ada pada mereka. Umumnya Ahli bid’ah dan
aliran-aliran sesat mereka enggan atau tidak mau meninggalkan
pendapatnya atau bid’ahnya itu, karena menganggap pendapatnya itu
adalah baik dan benar.
Sumber dari Sini
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.
semoga bermanfaat. amin
By:
Unknown
On 20.57

Syariat Qurban telah mengalami perjalanan yang panjang. Bagaimana tidak,
Qurban merupakan salah satu syariat (aturan) yang pertama turun kepada
manusia. Syariat ini turun pertama kali kepada dua anak Adam. Umur
syariat ini sama dengan umur manusia hidup di dunia. Usia yang lama dan
perjalanan yang panjang menjadikan syariat ini mengalami berbagai
penyimpangan.
Hal ini di ingatkan Allâh kepada Nabi terakhir, Rasûlullâh Muhammad Saw., "Ceritakanlah
kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang
sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari
salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang
lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil,
Sesungguhnya Allâh hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang
bertakwa." (Qs. Al-Maidah [5]:27)
Kenapa ada qurban yang di
tolak (Qabil) dan diterima (Habil)? Bila kita perhatikan ternyata
penolakan tersebut terjadi diakibatkan adanya unsus-unsur asarah (sikap
manusia lebih mementingkan urusan duniawi). Dalam pengertian umum,
apabila unsur ra’yu (pertimbangan akal) sudah ikut campur mengatur
urusan wahyu itulah yang menjadi sebab diantara tertolaknya suatu amal
ibadah. Meskipun perbuatan itu terlihat baik dan benar, tetapi Allâh
Maha Tahu bahwa perbuatan itu tidak baik dan tidak benar.
Sering kita mendengar ungkapan "Yang penting ikhlas"
orang sering tertipu dengan ungkapan seperti itu. Ikhlas yang mana?
Apakah putera Adam yang qurbannya di tolak itu tidak ikhlas? Menurut
pemikirannya, dia berqurban dengan ikhlas, tetapi kenyataannya Allâh
menolak qurbannya karena tidak ikhlas.
Yang di maksud ikhlas
adalah satu sikap mengosongkan satu pekerjaaan dari segala unsur selain
unsur wahyu. Kita perhatikan firman Allâh Swt., "Wa mâ umirû illâ
liya’budûllâha mukhlishîna lahuddîn - Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya."
(Qs. Al-Bayyinah [98]:5) yang dimaksud "Mukhlishîna lahuddîn" bukan
mengikhlaskan agama tetapi mengikhlaskan ibadah hanya bagi-Nya. Dalam
arti dalam setiap ibadah diharuskan tunduk, patuh dan taat kepada
syariat yang telah ditentukan. Jika demikian akan mendapatkan apa yang
di nyatakan Allâh Swt., "Wallâhu yuhibbul mukhlisîn," Allâh menyukai orang-orang yang patuh, tunduk dan taat, dan seperti inilah gambaran dari keikhlasan.
Diantara
dilalah (petunjuk) bahwa Qabil tidak ikhlas dalam berqurban muncul
sifat hasud dalam dirinya setelah mengetahui qurbannya tidak diterima.
Dia mengatakan "Laaqtulannak" karna engkau di terima sedangkan
aku di tolak, biar di kemudian hari tidak ada saingan lagi tidak ada
cara yang lain kecuali harus dihilangkan saingan itu. Inilah barangkali
ciri dari ketidakikhlasan.
Keistimewaan umat terdahulu adalah
ketika suatu ibadah itu diterima atau tidak, pada saat itu juga akan
terlihat ciri-cirinya; seperti yang terjadi pada qurban anak Adam.
Sehubungan dengan hal tersebut, Rasûlullâh Saw., pada satu saat pernah
menyatakan kepada para sahabat dalam ungkapan yang mutlaq, "Satarauna asaratan," pada satu saat kalian akan melihat asarah (sikap manusia lebih mementingkan urusan duniawi).
Ada
empat jenis pertanyaan yang biasa berlaku; (1) Pertanyaan karena ingin
tahu, (2) Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, (3) Pertanyaan
karena ingin memberi tahu, dan (4) Pertanyaan untuk menguji. Pada suatu
saat Rasûlullâh Saw., mengajukan pertanyaan pada para sahabat,
Diantara
makhluk Allâh, menurut kalian siapa yang paling beriman? Para sahabat
menjawab, para Malaikat! Rasûlullâh menyatakan, tidak mengherankan jika
para malaikat paling beriman karena mereka berada di sisi Tuhan mereka,
siapa yang paling beriman selain malaikat?. Sahabat menjawab lagi, bila
demikian, para Nabi! Rasûlullâh menyatakan, tidak heran para Nabi
beriman karena wahyu turun kepada mereka, selain para Nabi? Para sahabat
kembali menjawab, jika demikian kamilah yang paling beriman! Kembali
Rasûlullâh menyatakan, tidak heran kalian beriman dan tidak ada alasan
bagi kalian untuk tidak beriman sedangkan aku sebagai Nabi berada di
tengah kalian, kalian melihat mu’jizat dan kalian menyaksikan wahyu
turun di tengah-tengah kalian.
Setelah para sahabat kehilangan
jawaban, kemudian Rasûlullâh menjelaskan, yang paling beriman diantara
makhluk Allah dan yang paling mentakjubkan adalah mereka, orang-orang
yang hidup jauh setelah kalian, mereka yang hanya menemukan suhuf,
lembaran-lembaran wahyu (Alquran) tetapi mereka beriman kepada isi
lembaran-lembaran tersebut. Merekalah yang paling beriman diantara
makhluk Allah.
Di satu sisi Rasûlullâh mengagumi
keimanan kita yang hidup di zaman ini, namun dari sisi lain (segi amal)
Rasûlullâh merasa khawatir.
Asarah yang diungkapkan beliau
secara muthlaq bisa berada dalam berbagai amal; dalam shalat, shaum,
zakat, umrah dan haji termasuk di dalam qurban, sehingga jika semuanya
mengandung unsur-unsur asarah, apakah kiranya termasuk ibadah yang
diterima atau termasuk ibadah yang ditolak? Yang terakhir inilah yang
perlu kita khwatirkan dan berusaha melepaskan segala unsur asyarat dari
setiap amal ibadah kita.
Setiap umat mempunyai kaifiat tertentu
dalam syariat, tetapi yang paling sempurna adalah syariat pada umat yang
paling akhir karena berhubungan dengan qurban secara mutlaq. Qurban
pada umat terakhir ini ada yang disebut 'Aqiqah, udhiyyah, dan hadyu.
Pada semua syariat inilah Rasûlullâh merasa khawatir; dalam 'aqiqah,
unsur ra’yu turut serta mengatur masalah wahyu sehingga bukan daging
‘aqiqah yang dibagikan melainkan daging yang telah dimasak. Ada
ungkafan, "Jangan tanggung dalam beramal, dimasak sekalian daging 'aqiqah baru dibagikan!"
Ungkapan tersebut sepertinya baik, padahal telah jauh melampaui syariat
yang telah ditentukan. Inilah unsur ra'yu ikut campur dalam masalah
wahyu.
Demikian pula dalam pelaksanaan hadyu pada ibadah haji.
Berapa ratus ribu jamaah haji kita yang berangkat setiap tahunnya ke
Makkah, namun dari sekian ratus ribu itu, kiranya berapa ribu yang
melaksanakan hadyu (qurban) dengan baik dan benar? Sering terdengar
banyak jamaah haji kita yang tidak melakukan hadyu di Makkah atau di
Mina melainkan di kampung halamannya sendiri, dititipkan pada
keluarganya untuk disembelih di sana, karena merasa akan lebih
bermanfaat; masyarakat kampungnya bisa terbagi dan alasan lainnya.
Padahal hadyu pada ibadah haji sifatnya sudah jelas merupakan hadyan
balighan ka’bah. Ibadah qurban yang ditentukan tempat dan waktunya. Jika
hadyu dilakukan di kampung halaman sendiri maka dengan demikian ibadah
hajinya perlu diulangi lagi, ekstrimnya bisa dikategorikan tidak sah
karena unsur ra’yu sudah ikut campur dalam masalah wahyu.
Pada
suatu hari Rasûlullâh menjelaskan tata cara udhiyyah (qurban) namun ada
diantara sahabat yang menyertakan ra'yu dalam pelaksanaannya. Salah
seorang sahabat menyembelih hewan qurbannya sebelum shalat ied
dilaksanakan dengan alasan dia ingin ibadah qurbannya yang paling
pertama pada hari itu. Ketika Rasûlullâh mengetahui hal tersebut beliau
bersabda, "Barang siapa yang melakukan sembelihan sebelum shalat maka
dia harus menyembelih seekor kambing lagi sebagai ganti sembelihan yang
tidak sah!."
Pada suatu kesempatan seorang sahabat di Tanya, "Bagaimana
sembelihan yang kalian lakukan pada zaman Rasul? Sahabat itu mejawab,
Seseorang menyembelih itu untuk dirinya juga atas nama keluarganya, lalu
mereka memakannya, membagikan dan menyimpannya sehingga terjadilah
kejadian yang seperti kau lihat pada saat ini, orang sudah saling
membanggakan diri dalam qurbannya." Membanggakan diri karena merasa
hewan qurbannya paling besar, paling bagus, dan paling mahal. Inilah
yang dikhawatirkan Rasûlullâh, suatu saat umatnya akan saling
membanggakan diri.
Suatu saat khalifah Abu Bakar dan Umar bin
Khattab sengaja tidak melakukan qurban. Keduanya tidaklah lupa ataupun
sudah kehabisan uang untuk berqurban. Akan tetapi keduanya melakukan hal
tersebut sebagai saddu dara'i (pencegahan) jangan sampai umat
menganggap udhiyah itu wajib.
Qurban yang kita lakukan pada hari
raya Iedul Adha, di hari-hari tasyrik merupakan sembelihan udhiyyah
yang mudah-mudahan unsur-unsur ra'yu yang ada dalam benak kita tidak
ikut campur dalam masalah wahyu. Semoga ibadah qurban kita termasuk
ibadah yang diterima di sisi Allâh Swt. Amien!
#Sumber dari sini
Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.
By:
Unknown
On 20.43
PACARAN HALAL
Sebagai Proses Penjajakan, Percayalah Kepada Cowok
(tidak mengandung ayat dari kitab agama manapun)
Jangan salah persepsi. Tulisan ini sama sekali tidak membenarkan judul di atas. Hanya sebagai umpan untuk menarik perhatian pembaca.
Berdasarkan dari betapa mudahnya wanita diperdaya oleh lelaki/cowok. Bahkan dengan sangat angkuhnya wanita sering berpendapat bahwa dirinya tidak akan mudah termakan rayuan gombal lelaki. Itu benar, karena dimasa sekarang ini tidak ada lelaki yang bibirnya bisa mengucapkan rayuan gombal seperti film-film Indonesia toempoe doeloe. Tetapi dengan pendidikan dan teknologi yang berkembang, metode kami berubah (red:cowok).
Kami bisa memanfaatkan semua SDM dan SDA yang ada di sekitar kami untuk menunjang tegaknya diagnosa“SERIUS” dihadapan target (wanita). Apakah property “nebeng”? Oh tidak! Bahkan hanya dengankesederhanaan, malah jadi pamungkas yang cukup jitu untuk meluluhkan hati wanita incaran kami. Karena dengan kesederhanaan dan property seadanya, akan mendatangkan kesan ketulusan dan bersahaja. Yang kemudian menimbulkan cinta sepenuh hati, berakibat kepasrahan. Ini fokusnya, kepasrahan yang artinya diriku sepenuhnya kuserahkan padamu, termasuk my virgin (klo masih).
Wahai wanita, tidak semua diantara kami kaum lelaki mengincar hartamu, yang merupakan incaran kami sebenarnya adalah SEX, sejauh mana dirimu memberikan rasa penasaran kepada kami, selama itu pula kami sanggup bersandiwara dengan sekuat tenaga kami. Mengapa kami sebut sandiwara? Karena kami menyimpulkan bahwa yang telah beristeri saja masih banyak yang selingkuh (meski tidak semuanya).
Pernikahan yang kejelasan statusnya dilindungi oleh hukum agama dan UU Negara, masih sering kami injak-injak. Apalagi status pacaran? Yang sama sekali tidak dikuatkan oleh peraturan manapun. Artinya seorang cowok bisa saja berpacaran dengan seribu cewek dalam waktu bersamaan atau sebaliknya. Maka jadilah pemuda-pemudi bangsa ini sebagai pakar zina, dari yang kecil sampai yang besar.
Tapi masalah jadi bangsa apa bukan urusan kami, selagi kami masih bisa menikmati kenikmatan dunia lewattubuh wanita secara free, maka paradigma “Pacaran sebagai proses penjajakan” akan selalu kami sebarkan dengan cara apapun.
Sex dengan pacar sendiri sangat berbeda rasanya dengan sex dengan pelacur manapun dengan harga pakai berapapun. Sebab wanita yang selalu jadi target kami tentunya bersih, sehat, bebas penyakit menular seks (PMS), terawat dan terdidik.
Soal kaya atau miskin si target itu bisa disesuaikan. Maksudnya apabila kami telah sukses memperdaya hati target, maka keadaan keuangan akan sangat mudah dikendalikan berdasarkan scenario “rasa pengertian” yang kami ciptakan di hati target. Pulsa yang kami keluarkan untuk menjalin kedekatan tidak sebanding dengan kenikmatan yang menanti kami.
Target berjilbab? Bisa sukses bisa juga tidak.
Usaha kami dalam berburu “kenikmatan” terhadap target berjilbab memerlukan beberapa trik tambahan. Tetap bersikap sederhana, apa adanya, bersahaja, pengakuan terhadap kekurangan diri, bersikap humoris dan sedikit bumbu religi yang didapat dari ceramah ustadz-ustadz di televisi bisa jadi referensi tambahan.
Usaha kami sukses terhadap target yang berjilbab yang juga masih berpakaian ketat, sehingga jilbab kadang-kadang hanya menutupi rambutnya dan tidak menutupi ukuran “hardware” indahnya. Kulit target yang halus mulus karena sering tertutup dari polusi udara dan matahari memberikan sensasi yang tidak sama dengan target tidak berjilbab pada umumnya.
Luar biasa!!!
Usaha kami gagal apabila target berjilbab tapi juga berpakaian yang lebar, sehingga tidak tampak keindahannya lewat mata secara fisik, tapi kami sangat yakin dibalik pakaian yang lebar itu tersimpan lebih banyak keindahan. Kami kurang pasti penyebab kegagalan usaha kami terhadap target tersebut, bisa jadi keteguhan target dalam memegang keyakinan bahwa keindahan yang mereka miliki merupakan “harta berharga” yang hanya akan disuguhkan kepada suami mereka nantinya.
Kenyataan yang menggembirakan adalah target “kokoh” semacam ini berjumlah sangat sedikit jika dibandingkan dengan total target “empuk” yang banyak tersedia di sekitar kami.
Pada umumnya target menginginkan “keseriusan”. Ketidaktahuan mereka terhadap makna kata serius ini yang sering kami manfaatkan sebagai peluluh hati mereka. Trik yang kami gunakan bermacam-macam, mulai dari kirim sms yang bertuliskan “Aku serius lho sama kamu”, telepon diatas jam 23.00 (tarif murah) untuk bicara panjang lebar dengan topik yang dipilih secara random. Ini trik yang paling sederhana dan cukup jitu untuk target yang masih lugu atau pura-pura lugu soal keseriusan hubungan. Maksudnya walau target sudah mengerti tentang trik yang kami jalankan dalam meraih target, tapi seiring waktu dan semangat kami yang tidak berputus asa dalam menjalankan skenario, cepat lambat target yang dulunya pura-pura lugu akan luluh akhirnya melihat semangat tulus palsu kami.
Jika tujuan utama kami yaitu tubuh indah target belum didapatkan, maka bukti keseriusan palsu kami dapat dikuatkan dengan memboyong mereka ke orang tua kami atau sebaliknya, kami bersedia diboyong ke orang tua target. Sampai disini saja keberanian kami untuk bermain dengan kata serius, untungnya karena 99% target telah takluk pada level trik ini.
Kenyataan yang juga menggembirakan kami adalah apabila ternyata orang tua kami atau oramg tua target juga memiliki paradigma “Pacaran adalah proses penjajakan” atau “Pacaran adalah proses yang harus dilalui oleh remaja normal”.
Luar biasa!!!
Target yang telah beranggapan bahwa “inilah jodohku”, dengan paradigma ini kami telah mendapatkan kepercayaan penuh dari segala pihak untuk memperlakukan target semau kami. Termasuk menikmati kenyamanan sensasi seks penuh gratisan yang kami tunggu-tunggu selama perjuangan. Tidak perlu buru-buru, karena kami sangat dan sangat memperhatikan situasi, kondisi dan domisili.
Soal dikemudian hari kami bosan dengan target yang sudah habis manisnya karena kami hisap atau muncul target baru yang lebih segar, maka skenario pelepasan diri dapat dijalankan dengan berbagai alasan. Sangat mudah melakukannya mengingat semua manusia memiliki kekurangan, kekurangan inilah yang harus diangkat ke permukaan dan menjadi pokok bahasan yang berlanjut dengan putusnya hubungan. Alasan ketidakcocokan bisa menjadi penangkal pertanyaan orang tua masing-masing pihak.
Putus. Juga merupakan jalan baru bagi kami untuk memulai skenario pengejaran target baru. Tampangberduka, bahkan tampang tegar paska putus pun bisa menjadi pesona di hadapan target baru ini. Tentunya kami tidak meninggalkan trik-trik peluluhan hati yang kami terapkan terhadap target-terget sebelumnya sepertisederhana, tampil apa adanya, bersahaja, sedikit ditambah bumbu humoris karena target pada umumnya ingin dekat dengan orang yang selalu bisa membuatnya tersenyum dalam setiap keadaan. Target selalu ingin merasakan aman, nyaman, disayang, diperhatikan (beberapa). Maka sedaya upaya kami akan ciptakan suasana tersebut hanya didekat kami. Persepsi bahwa di dekat kami maka target merasa aman, nyaman, tenang, tersenyum, dan damai merupakan paradigma yang harus kami ciptakan di dalam kepala target.
Untuk kesekian kalinya kami selalu sukses dalam pencapaian tujuan kami, menjadikan kami sangat berpengalaman dan cerdas dalam program ini, dengan atau tanpa hambatan sama sekali. Sungguh indah dunia ini, dipenuhi dengan target-target berpendidikan tapi bodoh yang menunggu giliran untuk kami habisi.
“Ahh, saya kan gak pernah serius klo pacaran, ngapain takut!”
Jika terget berfikiran seperti kata-kata di atas, maka pemikiran seperti ini juga merupakan peluang besar bagi kami untuk memulai skenario peluluhan hati. Yang kami utamakan lebih dahulu adalah mengadakan ikatan super tidak jelas bernama Pacaran, soal cinta atau tidak, itu cuma masalah waktu. Trik-trik yang kami lancarkan akan mengubah keadaan hati target seiring waktu yang dilalui bersama-sama dan komitmen semu tentang pacaran yang kami atau orang lain ciptakan.
“Ahh, tidak semua cowok seperti itu, cowokku ga gitu and ga mungkin begitu!”.
Kata-kata sejenis ini merupakan tolak ukur keberhasilan skenario BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) yang nantinya menjadi peluang besar untuk mendapatkan tubuh target di kemudian hari. Karena salah satu yang kami ingin bentuk adalah pendapat target bahwa kami adalah cowok yang berbeda dengan cowok pada umumnya.
Jika Anda wanita berpenampilan menarik atau tidak, bertubuh indah baik tertutup atau tidak, mencari keseriusan hubungan, mencari cinta dari sesama manusia tanpa pemahaman yang jelas…
Maka Anda target kami berikutnya!!!
Wahai wanita, ketahuilah bahwa seorang laki-laki yang benar-benar serius terhadapmu akan datang kepada orang tuamu dengan berkata “Pak, saya ingin menikahi putri Bapak, sekarang saya punya penghasilan Rp…../bulan, dst”, sedangkan laki-laki yang benar-benar serius ingin menghabisimu akan datang langsung kepadamu dengan berkata “Maukah kamu jadi pacarku?”.
Puncak kehinaan wanita ketika ia menerima tembakan seorang lelaki untuk jadi kekasihnya.
Puncak kemuliaan wanita ketika orang tua/walinya mempertimbangkan lamaran seorang lelaki untuk jadi isterinya.
Hancurkan harga diri dengan pacaran, muliakan diri dengan ...
Tidak ada solusi termuat dalam tulisan ini, meskipun solusinya tertulis tetapi tidak akan menghentikan kegiatan kami, kami hanya bisa berhenti jika semua target mengaplikasikan solusi yang sebenarnya sudah mereka tahu.
Pacaran sebagai proses penjajakan, penjajakan = peng”injak-injakan” atau pen”jaja”an.
Jika Anda belum pacaran, Nantikan kehadiran kami di sisi Anda!
Jika Anda telah putusan, Nantikan juga kehadiran kami di sisi Anda!
Jika Anda masih pacaran, maka tunggu tanggal “main” kami bersama Anda!
Wallahua’lam bisshawab
Sumber dari Sini
By:
Unknown
On 16.28
Perang Salib
Konsili Clermont, Paus Urbanus II berkotbah dan terdengar teriakan "
Deus Vult!", "Allah menghendaki"
[1]
Perang Salib[2][3][4] adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim[5][6] di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.[7]
Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur
dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji
mereka.[8]
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang
terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya
terhadap kaum pagan dan kaum
non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan
politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9
ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad
ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad
ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah
secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang
merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan
tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik,
ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai
masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen
dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti
Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir
dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium,
Konstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu.
Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa
restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang
memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang
salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara
kerajaan-kerajaan Muslim dan
kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu
faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara
Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.
Situasi di Eropa
Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa
Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya
pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian
pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa
sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar,
telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan
secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk
setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui
gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini
dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu
mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk
memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik.
Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal,
dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari
beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang
sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim.
Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi
siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan
yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang
intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara
Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib
dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai
“tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Investiture,
yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang
Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Investiture
berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi
terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis.
Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik
pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh
propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil
kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian,
kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran
Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim.
Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini
menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk
mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini
diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa
sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya
bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga
pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang
terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa
pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika
bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini
mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam
pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil
merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran
tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa
jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan
dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu,
orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah
Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan
masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada
abad ke-12.
Situasi Timur Tengah
Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina
dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya
tidak terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum
Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah
Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak
terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem–yang berada jauh di
Timur–sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari
orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa
Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur.[9]
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre).[10]
Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja
itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat
itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang
kekejaman kaum Muslim terhadap
para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang
pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang
Salib pada akhir abad itu.
Penyebab langsung
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut.[11][12]
Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran
Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh
Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert,
yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil
mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari
tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I
mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun,
respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I.
Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk
mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali
Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis
pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di
Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti
Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November 1095[13], para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre,
dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun.
Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun 1085
adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim
merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para
wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak
mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman
atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa
bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang
kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya.
Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan
pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista
adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.
Perang
Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman[14], berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond
ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka
berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di
sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin
sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan
mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi
rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M[15]
dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah
penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya.
Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah,
dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh
puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut
kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh
Edessa dapat direbut kembali.
Perang Salib II
Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.[16][17] Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria.
Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi.
Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II
sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun
1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah
di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk
menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah
merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan
sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan
pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik
penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di
Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis
Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang
tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat
berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak
dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III.[18]
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda.
Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa -
saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat,
melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia
karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip.
Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus
dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka
yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik
ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan
hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak
mampu memasuki Palestina
lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada
tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan
Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.[19]
Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan
Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja
Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum
ke Palestina,
dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam
serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil,
membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick
bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim
tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang
ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari
sana.
Kondisi sesudah Perang Salib
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling
suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang
Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga
perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Ortodoks
Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada
penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan
tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap
orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi
orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali
diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya,
akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh
mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka
jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran
bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang
Salib Albigensian, ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang
diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik
dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria
Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes
dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang
terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun
1798.
Peninggalan
Benua Eropa
Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat
dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma.
Perang Salib juga menimbulkan kenangan pahit.[20] Banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa Renaissance.[21][22]
Politik dan Budaya
Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan.[23] Pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia
dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains,
pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat
selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa,
seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari
batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak
lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan,
tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama
Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan
sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk
perkembangan aljabar, lensa dan lain
lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di
universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa
Renaissance pada abad-abad berikutnya.
Perdagangan
Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang
besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang
sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi,
terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang
berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang
sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat
mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak
dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian
besar diakibatkan oleh kekerasan tentara Salib pada Perang Salib
Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur, terutama pembersihan yang
dilakukan oleh Enrico Dandolo yang terkenal,
penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium
adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara
Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204, Byzantium tidak
pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh
pada tahun 1453.
Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan sebagai perlawanan Katolik Roma
terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan Kristen secara utuh
terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat
disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas
kedua pendapat di atas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik
Roma utama dalam menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama
adalah memerangi Islam dan tujuan yang kedua adalah mencoba
menyelamatkan ke-Kristen-an, dalam konteks inilah, Perang Salib Keempat
dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk memperoleh bantuan
logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski begitu,
Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan secara umum
dikenang sebagai suatu kesalahan besar.
Dunia Islam
Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam.[24] Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme
masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai
“perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai
pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang
salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental
dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield,
“Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri.
Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi
semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana
dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”
"catatan"ini adalah pendapat seorang non muslim
Komunitas Yahudi
Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang menggambarkan pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni
Judenhut) oleh tentara Salib
Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi[25][26][27] di kota-kota di Jerman dan Hongaria, belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit,
meski tidak ada satu perang salib pun yang pernah dikumandangkan
melawan Yahudi. Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam
dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad.
Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat.[28]
Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan
pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan
jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad pertengahan.
Periode perang salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Di
antara narasi-narasi itu, yang terkenal adalah catatan-catatan Solomon
bar Simson dan Rabbi Eliezer bar Nathan, “The Narrative of The Old
Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus dan “Sefer Zekhirah” dan
“The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari Bonn.
Pegunungan Kaukasus
Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib.[29] Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs
yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara
salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan
terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki
abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai
masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman,
yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus,
percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan
dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa,
kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.
By:
Unknown
On 14.38