Kutipan

Dengan Ilmu Seseorang Bisa Mendapatkan Kedudukan Yang Tinggi Walaupun Ia Itu Rakyat Gembel, Akan Tetapi Sebaliknya, Kebodohan Itu Akan Merendahkan Derajat Seseorang Walaupun Dia Itu Keturunan Orang" Pandai.
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Islam. Tampilkan semua postingan

Rabu, 24 Oktober 2012

Cara Islam Mengatasi Selingkuh

 Bismillah
Malam sobat blogger, mw share ilmu lagi nih, yok mari kita simak baik".

Cara Islam Mengatasi Selingkuh. Badai dalam membina Keluarga Sakinah SELALU ada dan pasti ada. Ada dari faktor ekonomi, ada juga dari faktor eksternal yakni selingkuh. Dan inilah yang menjadi favorit penyebab hancurnya rumah tangga (jika tidak terselesaikan dengan baik). Maka Islam telah memberikan solusi jitu dengan MENJAUHI. Jadi dengan tidak mendekati, maka penyakit yang satu ini akan mudah tereliminasi.
Selingkuh dari segi bahasa saja sudah mengandung makna negative. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, selingkuh mempunyai makna yang banyak : 1. tidak berterus terang 2. tidak jujur atau serong 3. suka menyembunyikan sesuatu 4. korup atau menggelapkan uang 5. memudah-mudahkaan perceraian Kelima-limanya dapat terjadi pada waktu, kondisi apapun dan dapat ditimbulkan oleh siapapun.
Kelima-limanya tersebut tidak disukai oleh agama dan telah disebut dengan pelanggaran, melanggar perintah Allah. Jika kelima-limanya tersebut terjadi dalam keluarga maka telah terjadi perselingkuhan dalam keluarga yang sekarang akan dibahas.
Setiap pasangan suami istri menginginkan rumah tangganya langgeng dan berlangsung terus sampai tua atau maut hadir memisahkan, setiap pasangan yang mengikrarkan akad pernikahan pasti menanamkan tekad tersebut, maka dalam batas-batas tertentu tidak keliru kalau ada yang berkata, menikah sekali seumur hidup, sebagai ungkapan tekad mempertahankannya sekuat daya dan upaya agar ia tidak bubar di tengah jalan.
Akan tetapi dalam perjalanannya pernikahan bukanlah tanpa tantangan dan rintangan, kata orang, pernikahan adalah sampan yang berlabuh di lautan, ia tidak mungkin terbebas dari hantaman ombak dan terpaan angin, jika penumpang sampan mampu mengatasinya dengan baik niscaya sampan akan sampai di pulau seberang dan yang ada di atasnya selamat, begitulah perumpamaan pernikahan.

Ombak dan angin besar yang bisa menenggelamkan sampan pernikahan dan terbukti melalui penelitian dan pengamatan bahwa ia pemicu tertinggi dan nomor wahid bagi karamnya perahu perkawinan adalah ketika pasangan 'melirik' orang lain, tatkala pasangan termakan kata-kata, 'rumput tetangga lebih hijau'. Karena lebih hijau ia lebih sedap dipandang dan lebih menyejukkan mata. Kata-kata dari orang-orang yang hatinya dibalut dengan penyakit syahwat yang kotor.

Inilah selingkuh yang dalam kamus agama Islam dikenal dengan ZINA. Anda mungkin berkata, kami tidak melakukan, kami tidak berbuat, kami hanya sekedar tertarik, saling pandang, berbicara, curhat, kami sekedar berteman akrab, jalan bareng, makan bareng, saling mengunjungi, saling bergurau dan bercerita, saling.... Dan seterusnya. Kepada Anda saya katakan, jika Anda telah bersuami atau beristri maka itulah selingkuh. Cobalah renungkan hadits Nabi saw berikut ini.

كُتِبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَمَحَالَةَ، فَالعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الكَلاَمُ، وَاليَدُ زِنَاهَا البَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الخُطَا، وَالقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ .

"Dicatat atas Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia mendapatkanya tidak mungkin tidak, maka dua mata zinanya adalah memandang, dua telinga zinanya adalah mendengar, lisan zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, dua kaki zinanya adalah melangkah, dan hati menginginkan dan mendambakan, hal itu dibenarkan oleh kemaluan atau didustakannya." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Karena telah terbukti bahwa selingkuh yang sama dengan zina merupakan kapak terbesar yang merobohkan dan meruntuhkan bangunan rumah tangga, hal itu karena siapapun yang masih memiliki fitrah yang lurus pasti menolak dan melepehnya bahkan pelaku zina itu sendiri. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Umamah berkata, Seorang anak muda datang kepada Nabi saw, dia berkata, "Ya Rasulullah, izinkanlah aku berzina." Maka orang-orang berkumpul di sekelilingnya, mereka menghardiknya, mereka berkata, "Diamlah kamu, diamlah kamu." Nabi saw bersabda, "Dekatkanlah dia ke mari." Maka anak muda itu didekatkan, Nabi saw bersabda, "Duduklah," Anak muda tersebut duduk. Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk ibumu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk ibu mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk putrimu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk putri mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk saudara perempuanmu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk saudara perempuan mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk bibimu dari bapakmu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk bibi dari bapak mereka." Nabi bertanya, "Apakah kamu menyukai zina untuk bibi dari ibumu?" Dia menjawab, "Tidak demi Allah, aku korbankan diriku untukmu." Nabi bersabda, "Orang-orang juga tidak menyukainya untuk bibi dari ibu mereka." Lalu Nabi saw meletakkan tanganya di atasnya sambil bersabda, "Ya Allah, ampunilah dosanya, bersihkanlah hatinya dan jagalah kehormatannya." Dia berkata, "Setelah itu anak muda tersebut tidak melirik kepada apa pun.
Hal yang sama berlaku untuk suami istri karena jika tidak maka suami manapun yang berfitrah lurus ketika ditanya, Apakah kamu rela istrimu berzina? Jawabannya bisa dipastikan, hal yang sama pada istri, jika dia ditanya dengan pertanyaan yang sama niscaya jawabannya pastilah sama. Lebih dari itu fitrah yang lurus juga akan menolak ketika misalnya ia dijodohkan dan disandingkan dengan pelaku dosa ini.

Firman Allah,

الزَّانِي لا يَنْكِحُ إلا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لا يَنْكِحُهَا إِلا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ

"Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin." (QS.An-Nur: 3).

Firman Allah,

الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ

"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu), bagi mereka ampunan dan rizki yang mulia (surga)." (An-Nur: 26).

Karena selingkuh alias zina merupakan penghancur rumah tangga dalam urutan teratas maka maka Islam mengharamkannya demi menjaga kelangsungan dan keberadaannya termasuk perantara-perantara dan wasilah-wasilahnya.

Firman Allah,

وَأَنْكِحُوا الأيَامَى مِنْكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِنْ يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

"Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk." (Al-Isra': 32).

Ibnu Katsir berkata, "Allah berfirman melarang hamba-hambaNya dari zina dan mendekatinya yakni melakukan sebab-sebabnya dan pemicu-pemicunya."
Ibnu Sa'di berkata, "Larangan mendekatinya lebih mendalam daripada larangan melakukannya, karena hal itu mencakup larangan terhadap semua pengantar dan penyebabnya."
Ibnu Utsaimin berkata, "Ayat ini menunjukkkan bahwa kita wajib meninggalkan segala sesuatu yang membawa kepada zina, baik zina kelamin dan inilah yang paling besar atau selainnya."

Islam adalah yang terbaik tatanan dan aturannya termasuk dalam masalah hubungan laki-laki dengan perempuan. Islam meletakkan kode etik yang beradab dalam hal ini yang tidak dimiliki oleh aturan dan tatanan manapun di dunia ini. Semua itu demi kebaikan dan kesucian masyarakat termasuk rumah tangga.
Sekali lagi mencegah itu lebih baik dari memperbaiki. Karena dahsyatnya akibat dari selingkuh, maka hindari dan jauhi ! . Kenikmatan dunia sesaat sangat tidak berimbang dengan nikmatnya mempunyai keluarga yang sakinah dan cita-cita syurga yang akan dimasuki bersama-sama sekeluarga. Amiin
Dari : Jamaah MPI dan pajagalan



Terimakasih telah berkunjung ke blog saya .
semoga bermanfaat apa yang telah sobat blogger baca ini. amin


Islamisasi Ilmu

 Bismillah
Malam ini aden mau share ilmu lagi nih, yaitu tentang Islamisasi Ilmu, langsung ja deh, sebelum baca baca bismillah dlu ya.
Sekitar tahun 1992 Prof. Dr. Mukti Ali di sela-sela sebuah seminar di Gontor, tiba-tiba bergumam, "Bagi saya Islamisasi ilmu pengetahuan itu omong kosong, apanya yang diislamkan, ilmu kan netral". Prof. Dr. Baiquni yang waktu itu bersama beliau langsung menimpali, "Pak Mukti tidak belajar sains, jadi tidak tahu di mana tidak Islamnya ilmu (sains) itu."
Pak Mukti dengan antusias, menyahut, "Masa iya, bagaimana itu?" "Sains di Barat itu pada tahap asumsi dan presupposisinya tidak melibatkan Tuhan," jawab Baiquni. "Jadi ia menjadi sekuler dan anti-Tuhan." Pak Mukti dengan kepolosan dan sikap akademiknya spontan menjawab lagi, "Oh begitu". Diskusi terus berlangsung dan soal ilmu serta Islamisasinya menjadi topik menarik.
Benarkah ilmu pengetahuan masa kini itu tidak mengakui adanya Tuhan? Pernyataan Prof. Baiquni sejalan dengan apa kata R.Hooykaas dalam Religion and The Rise of Modern Science. Di Barat, dunia dulunya digambarkan sebagai organisme, tapi sejak datangnya Copernicus hingga Newton, bergeser menjadi mekanisme. Pergeseran cara pandang ini pada abad ke-17 telah diprotes pengikut Aristotle. Menurut mereka, pandangan terhadap dunia yang mekanistis itu telah menggiring manusia kepada atheisme (kekafiran).
Tapi pendukung mekanisme seperti Beeckman, Basso, Gasendi, dan Boyle tidak terima. Dengan dalih konsep mukjizat, Boyle misalnya, beralasan, gambaran mekanistis bisa juga religius. Karena jika materi dan gerak yang menjadi esensi organisme tidak cukup untuk menerangkan fenomena alam, maka ini berarti memungkinkan adanya intervensi Tuhan melalui mukjizat. Artinya masih ada peran Tuhan di situ. Tuhan bisa sewaktu-waktu turun tangan mempengaruhi kausalitas alam semesta. Inilah occassionalisme yang menjadi doktrin Kristen hingga kini. Artinya Tuhan itu sangat transenden, berada jauh di sana dan tidak terjangkau. Sementara alam berada di sini dan tidak selalu di bawah pengawasan Tuhan.
Menggambarkan dunia sebagai mekanisme, berarti melihatnya sebagai mesin. Bagi yang atheis, mesin itu ada dengan sendirinya. Bagi yang theis, mesin itu diciptakan. Tapi di Barat kekuasaan Pencipta itu direduksi dan akhirnya dihilangkan. Dunia dulu diciptakan, namun kini bebas dari Penciptanya. Masih belum lama ketika Henri de Monantheuil, seorang penulis Perancis, pada tahun 1599 menyatakan bahwa Tuhan adalah pencipta mesin dan ciptaan-Nya, yaitu dunia ini, berjalan bagaikan sebuah mesin. Tentu, ini membuat jamaah gereja berang. Tuhan gereja dianggap tidak ikut campur urusan dunia.
Faham mekanisme tentang dunia inilah yang menguasai alam pikiran Barat modern. Paradigma positivisme dan empirisisme dalam sains Barat menjadi subur. Otoritas memahami dunia, kini berpindah dari gereja ke tangan saintis. Descartes, Gassendi, Pascal, Berkley , Boyle, Huygens, dan Newton yang konon membela Tuhan, akhirnya merebut otoritas Tuhan. Kesombongan pemikir Yunani ditiru, dan jargonnya "Man is the standard of everything"dinyanyikan ulang. Benar-salah, baik-buruk tidak perlu campur tangan Tuhan. Wahyu dikalahkan akal atau diganti dengan akal.
Jika dulu gereja bisa marah pada Copernicus dan Galelio dan menghukum Bruno, kini hanya dapat menangisi ulah para saintis. Sementara para saintis seperti tidak mau repot dan mengambil posisi, "yang tidak bisa dibuktikan secara empiris, bukan sains". Teologi tidak bisa masuk dalam sains. Bicara fisika tidak perlu melibatkan metafisika. Argumentasi Francis Bacon sangat empiristis, "Ilmu berkembang karena kesamaan-kesamaan, sedangkan Tuhan tidak ada kesamaannya." Maka dari itu dalam teori idola-nya Bacon mewanti-wanti agar tidak melakukan induksi berdasarkan keyakinan.
Selain itu Bacon juga mengakui, kita ini bodoh tentang kehendak dan kekuasaan Tuhan yang tersurat dalam wahyu dan tersirat dalam ciptaan-Nya. Descartes berpikiran sama, kehendak Tuhan tak dapat dipahami sehingga menghalangi jalan rasionalisme. Terus? "Kita tidak perlu takut melawan wahyu Tuhan dan melarang meneliti alam ini," katanya. Sebab tidak ada larangan dalam wahyu. Tuhan memberi manusia hak menguasai alam. Oleh sebab itu kita bisa seperti Tuhan dan mengikuti petunjuk akal kita. Jadi, sebenarnya para saintis bukan tidak percaya Tuhan, tapi mereka kesulitan mengkaitkan teologi dengan epistemologi. Tragedinya, standar kebenaran dan metode penelitian pun akhirnya dimonopoli oleh empirisisme rasional.
Sebenarnya argumentasi Descartes dan Bacon masih belum beranjak dari pertanyaan Ibn Rusyd kepada al-Ghazali. Namun karena Ibn Rusyd terlanjur lebih populer di kalangan gereja dengan Averoismenya, pikiran al-Ghazali tidak dianggap. E. Gillson dalam karyanya Revelation and Reason jelas sekali menyalahkan Ibn Rusyd. Sebab dengan teori kebenaran gandanya, ia dianggap telah menabur benih sekularisme pada Descartes, Malebanche, David Hume, dan pemikir Barat lainnya. Tuhan tetap disembah dan diyakini wujud-Nya, tapi tidak ditemukan hubungannya dengan pikiran, ilmu atau sains.
Al-Attas segera sadar ilmu pengetahuan modern ternyata sarat nilai Barat. Andalannya akal semata dengan cara pandang yang dualistis. Realitas hanya dibatasi pada Being yang temporal dan human being menjadi sentral. Ismail al-Faruqi dan Hossein Nasr mengamini. Al-Faruqi menyoal dualisme ilmu dan sistem pendidikan muslim. Nasr mengkritisi, mengapa jejak Tuhan dihapuskan dari hukum alam dan dari realitas alam. Ketiganya seakan menyesali, seandainya yang menguasai dunia bukan Barat eksploitasi alam yang merusak itu tak pernah terjadi.
Ilmu yang seperti itu harus diislamkan, kata al-Attas. Namun mengislamkan ilmu itu tanpa syahadat dan jabat tangan sang qadi. Diislamkan artinya dibebaskan, diserahdirikan kepada Tuhan. Dibebaskan dari faham sekular yang ada dalam pikiran muslim. Khususnya dalam penafsiran-penafsiran fakta-fakta dan formulasi teori-teori. Pada saat yang sama dimasuki konsep din, manusia (insan), ilmu (ilm dan ma'rifah), keadilan (‘adl), konsep amal yang benar (amal sebagai adab), dan sebagainya. Jika Thomas Kuhn tegas bahwa ilmu itu sarat nilai, dan paradigma keilmuan harus diubah berdasarkan worldview masing-masing saintis. Bagi santri yang cerdas, tentu akan bergumam, la siyyama Muslim.
Lalu apakah setelah itu akan lahir mobil Islam, mesin Islam, pesawat terbang Islam, dan sebagainya? This is silly question, kata al-Attas suatu ketika. Yang diislamkan adalah ilmu dalam diri al-alim, dan bukan al-ma'lum (obyek ilmu), bukan pula teknologi. Yang diislamkan adalah paradigma saintifiknya dan sekaligus worldview-nya. Jika paradigma dan worldview-nya telah berserah diri pada Tuhan, maka sains dapat memproduk teknologi yang ramah lingkungan. Teknologi bisa serasi dengan maqasid syariah dan bukan dengan nafsumanusia.
Dengan worldview Islam akan lahir ilmu yang sesuai dengan fitrah manusia, fitrah alam semesta, dan fitrah yang diturunkan (fitrah munazzalah), yakni Al-Qur'an, meminjam istilah Ibn Taymiyyah. Dengan paradigma keilmuan Islam akan muncul ilmu yang memadukan ayat-ayat Qur'aniyah, kauniyyah, dan nafsiyyah. Hasilnya adalah ilmun-nafi' yang menjadi nutrisi iman dan pemicu amal. Itulah cahaya yang menyinari kegelapan akal dan kerancuan pemikiran.(DR.Hamid Fahmy Zarkasyi, Direktur Insist Jakarta)

Sumber dari sini

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya ini.
Semoga apa yang telah sobat blogger baca bermanfaat.
amin

Jangan Menunggu Nikmat Diambil Kembali

Bismillah
Malam nih aden mau share ilmu yang insya allah bermanfaat apabila dibaca dengan hati, ok langsung ja, sebelum baca baca bismillah dulu ya.

Sebagian dari kita seringkali merasa 'harus' bersyukur ketika nikmat telah diambil. Ketika Sakit menyadari Sehat. Ketika Sibuk menyadari nikmat senggang. Ketika Miskin menyadari nikmat berpunya.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan, jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'.'' (QS Ibrahim [14]: 7).
Sudah seharusnya kita sebagai hamba bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Mulai dalam kandungan ibu sampai menjadi manusia yang bisa berpikir hingga kembali pada-Nya adalah nikmat Allah yang tidak terhingga. Mulai dari kesenangan hidup, rezeki, dan kasih sayangnya yang tak pernah putus.
Akankah kita mengingkari, menentang, melanggar, dan tidak mau mengabdikan diri kepada-Nya? Dari ayat di atas, kita dapat menarik hikmah bahwa bersyukur adalah sebuah jalan untuk mencari keridhaan-Nya. Sebaliknya, bila manusia mengingkari nikmat-Nya, bersiaplah menerima azab yang sangat pedih.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan anugerah yang diberikan Allah. Kita mesti bersyukur saat memperoleh kesenangan dan bersabar saat tertimpa musibah.
Rasulullah SAW bersabda, ''Perkara orang Mukmin itu mengagumkan. Sesungguhnya, semua perihalnya baik dan itu tidak dimiliki seorang pun selain orang Mukmin. Bila tertimpa kesenangan, ia bersyukur dan syukur itu baik baginya. Bila tertimpa musibah, ia bersabar dan sabar itu baik baginya.'' (HR Muslim No 5318).
Sesungguhnya, nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita sangat banyak jumlahnya dan tak terhingga. Semua yang diberikan itu, sekiranya suatu saat Allah menagihnya, kita tidak akan sanggup untuk membayarnya. Sebab, nikmat itu diberikannya setiap saat dan tak pernah berhenti, mulai dari bangun tidur hingga kita tertidur lagi. Alangkah pengasih dan penyayangnya Allah kepada kita, umat manusia.
Allah SWT berfirman, ''Dan, Dia telah memberikanmu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan, jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).'' (QS Ibrahim [14]: 34).
Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk bersyukur kepada manusia. Karena, syukur kepada manusia merupakan salah satu bentuk tanda syukur kepada Allah SWT. ''Siapa yang tidak pandai bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, berarti ia belum bersyukur kepada Allah.'' Abu Isa berkata, ''Ini adalah hadis hasan sahih.'' (HR Tirmidzi No 1877).

Pentingnya Bersyukur

Seorang sahabat bernama Atha, suatu hari menemui Aisyah RA. Lalu ia bertanya, "Beritahukanlah kepadaku sesuatu yang menakjubkan dari Rasulullah SAW?" Mendengar pertanyaan itu, tiba-tiba Aisyah menangis. Lalu Aisyah berkata, "Bagaimana tak menakjubkan, pada suatu malam beliau mendatangiku, lalu pergi bersamaku ke tempat tidur dan berselimut hingga kulitku menempel dengan kulitnya."

Kemudian Rasulullah berkata, "Wahai putri Abu Bakar, biarkanlah aku beribadah kepada Tuhanmu." Aisyah menjawab, "Saya senang berdekatan dengan Anda. Akan tetapi, saya tidak akan menghalangi keinginan Anda." Rasulullah lalu mengambil tempat air dan berwudhu, tanpa menuangkan banyak air.

Nabi SAW pun shalat, lalu menangis hingga air matanya bercucuran membasahi dadanya. "Beliau ruku, lalu menangis. Beliau sujud lalu menangis. Beliau berdiri lagi lalu menangis. Begitu seterusnya hingga sahabat bernama Bilal datang dan aku mempersilakannya masuk," papar Aisyah.

"Ya Rasullulah, apa yang membuat Anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa Anda yang lalu maupun yang akan datang," tanya Aisyah. "Tak bolehkah aku menghendaki agar menjadi seorang hamba yang bersyukur?" ungkap Nabi SAW.

Kisah yang tercantum dalam kitab Mukasyafah al-Qulub: al-Muqarrib ila Hadhrah allam al-Ghuyub Fi'ilm at-Ashawwuf karya Imam Ghazali itu mengandung pesan bahwa umat manusia harus selalu mensyukuri setiap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT.

Pentingnya bersyukur telah dijelaskan dalam surah Ibrahim ayat 17. Allah SWT berfirman, ".... Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih."

Sepertinya, kita perlu belajar dari sejarah Kaum Saba'. Dikisahkan, Kaum Saba' begitu maju peradabannya. Mereka menguasai teknologi yang tertinggi pada zamannya, yakni telah berhasil membangun bendungan Ma'rib. Menurut penulis Yunani, Ma'rib merupakan salah satu kota termaju saat itu (sekarang Yaman) dan memiliki lahan yang subur.

Bendungan Ma'rib mampu mengairi sekitar 9.600 ha lahan subur. Negeri itu pun kaya-raya. Namun, karena mereka tak bersyukur atas nikmat yang begitu melimpah, maka Allah menurunkan banjir besar yang menghancurkan semua kekayaan yang dimiliki penduduk negeri Saba'. Dalam suatu tafsir dijelaskan, mereka diberi azab karena tak taat kepada seruan nabi utusan Allah.

Akhir-akhir ini, bangsa kita didera bencana yang beruntun, mulai dari bencana alam hingga bencana kerusuhan horisontal yang merenggut begitu banyak korban jiwa. Sepanjang tahun, bencana dan kecelakaan datang silih berganti. Boleh jadi, semua itu merupakan ujian dari Allah untuk menguji keimanan kita. Bisa pula, bencana itu merupakan peringatan atau bahkan siksaan (azab) dari Allah karena kita tak bersyukur atas nikmat yang diberikan-Nya.

Cara Bersyukur

Ada beberapa cara mensyukuri nikmat Allah swt. Pertama, syukur dengan hati. Ini dilakukan dengan mengakui sepenuh hati apa pun nikmat yang diperoleh bukan hanya karena kepintaran, keahlian, dan kerja keras kita, tetapi karena anugerah dan pemberian Alloh Yang Maha Kuasa. Keyakinan ini membuat seseorang tidak merasa keberatan betapa pun kecil dan sedikit nikmat Alloh yang diperolehnya.

Kedua, syukur dengan lisan. Yaitu, mengakui dengan ucapan bahwa semua nikmat berasal dari Alloh swt. Pengakuan ini diikuti dengan memuji Alloh melalui ucapan alhamdulillah. Ucapan ini merupakan pengakuan bahwa yang paling berhak menerima pujian adalah Allah.

Ketiga, syukur dengan perbuatan. Hal ini dengan menggunakan nikmat Alloh pada jalan dan perbuatan yang diridhoi-Nya, yaitu dengan menjalankan syariat , menta'ati aturan Alloh dalam segala aspek kehidupan
Keempat, syukur dengan mengajak dan berdakwah. Ketika kita merasa pentingnya beryukur, kita akan mengajak dan mengingatkan orang lain untuk bersyukur. Mempererat Ukhuwah dengan saling nasehat-menasehati dan tolong-menolong dengan sesama secara IKHLAS.

Sikap syukur perlu menjadi kepribadian setiap Muslim. Sikap ini mengingatkan untuk berterima kasih kepada pemberi nikmat (Alloh) dan perantara nikmat yang diperolehnya (manusia). Dengan syukur, ia akan rela dan puas atas nikmat Allah yang diperolehnya dengan tetap meningkatkan usaha guna mendapat nikmat yang lebih baik.

Selain itu, bersyukur atas nikmat yang diberikan Alloh merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Alloh, alias kufur nikmat, adalah orang-orang sombong yang pantas mendapat adzab Allah SWT.

Allah telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya: "Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu." (QS al-Baqarah:152)

Ahli Tafsir, Ali Ash Shobuni menjelaskan bahwa yang dimaksud "Ingat kepada Alloh" itu adalah dengan Ibadah dan Ta'at, maka Alloh akan ingat kepada kita, artinya memberikan pahala dan ampunan. Selanjutnya kita wajib bersyukur atas nikmat Allah dan jangan mengingkarinya dengan berbuat dosa dan maksiat.

Telah diriwayatkan bahwa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya: "Ya Robb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau? Robbnya menjawab: "Ingatlah Aku, dan janganlah kamu lupakan Aku. Jika kamu mengingat Aku sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku, kamu telah mengingkari nikmatKu".

Di zaman sekarang ini, betapa banyak orang merefleksikan rasa bersyukur, namun dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syukur itu sendiri. Untuk itu, para ulama telah menggariskan tata cara bersyukur yang benar, yakni dengan cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah swt dan meninggalkan maksiat.

Alloh swt telah menyatakan dengan sangat jelas bahwa orang-orang yang mau bersyukur atas nikmat yang diberikanNya sangatlah sedikit. Kebanyakan manusia ingkar terhadap nikmat yang diberikan Alloh kepada mereka. "Sesungguhnya Alloh benar-benar mempunyai karunia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya." [QS Yunus: 60]

"Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut yang kamu berdoa kepadaNya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur." Katakanlah: "Alloh menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukanNya." (QS Al-An'aam: 63-64).

Ketika manusia ditimpa berbagai macam kesusahan mereka segara berdoa dan berjanji untuk bersyukur pada Allah jika bencana itu dihindarkanNya. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari bencana itu, mereka lupa bersyukur bahkan kembali mempersekutukan Allah swt. Betapa banyak orang menangis, meratap, memelas dan merengek-rengek meminta kepada Alloh swt agar dihindarkan dari kesusahan hidup; masalah pribadi, soal pekerjaan, musibah, dsb. Akan tetapi, ketika Alloh menghindarkan mereka dari kesusahan mereka kembali lalai, bermaksiat, bahkan menerapkan aturan-aturan selain aturan Allah. Bukankah hal ini termasuk telah menyekutukan Allah swt?
Jangan sampai menunggu nikmat tersebut diambil kembali Allah, baru kita menyadari pentingnya bersyukur kepada Allah SWT. Wallahu a'lam

Sumber dari sini

 Terimakasih Telah Berkunjung ke Blog saya ini.
Semoga Bermanfaat. amin

Valentine’s Day Budaya Kafir


Menjelang pertengahan bulan februari dimana-mana terlihat nuansa warna-warni romantis seperti merah muda (pink) yang dianggap mencerminkan kasih sayang. Hampir seluruh dunia mengenal tanggal 14 februari sebagai valentine’s day atau popular dengan sebutan hari kasih sayang.

Belum diketahui dengan pasti dari mana asal mulanya penetapan tanggal 14 februari, sebagai hari kasih sayang Valentine’s day mulai diadakan sekitar pada abad ke-7 untuk memperingati seorang pendeta, saints valentine, seorang yang dianggap suci, perlambang kasih sayang, meninggal diroma pada tanggal 14 februari 269 M. selain sebagai pendeta ia juga seoarang tabib yang dermawan, baik hati dan punya jiwa patriotisme yang mampu membangkitkan semangat berjuang dan menyadarkan rakyat roma dari keterkukungan dan ketidakadilan para penguasa.

Saat itu romawi diperintah oleh kaisar claudius the ghoth yang terkenal dengan kekejamannya. Kaisar claudius ingin memperluas daerah kekuasaannya sehingga membutuhkan banyak tentara yang kuat yang harus diambil dari kalangan para pemuda. Tetapi ketika itu banyak kalangan pemuda yang menolak menjadi tentara karena tidak mau berpisah dengan kekasihnya. Tentu saja kejadian ini membuat kaisar marah, sehingga membuat ketentuan tidak boleh pacaraan atau menikah bagi kaum muda. Pelanggar diancam dengan hukuman berat. Tidak ada yang berani menentang peraturan tersebut kecuali pendeta saint valentine.

Ia mendukung hubungan asmara itu antara pemuda, dan secara diam-diam sering menikahkan pasangan yang saling mencintai. Lama-kelamaan tindakan valentine diketahui kaisar, sehingga ia dimasukan keadalam penjara. Tetapi hukuman tidak membuatnya jera. Sikap ini membuat para kaum muda bersimpati padanya. Salah satu putri sipil yang secara diam-diam sering mengunjungi penjara untuk menemui valentine sambil membawa hadiah berupa makanan ataupun bunga.

Melihat reaksi para kaum muda begitu besar perhatiannya kepada valentine, kaisar merasa khawatir jika kondisi ini dibiarkan bukan tidak mungkin rakyat memberontak melawan. Kaisah memerintahkan untuk membunuh pendeta valentine. Akhirnya dipenggalah kepalanya. Sebelum mati ia menulis surat kepada putri sipir penjara yang berbunyi ia tidak akan menyesal dengan apa yang ia perbuat, dia tetap memegang prinsip cinta tidak dapat dikalahkan.

Untuk menghormati pengorbanannya itu, tahun 496 M. Paus glasius menetapkan 14 Februari sebagai hari saint valentine. Waktupun bergulir perayaan kematian saint valentine sebagai tokoh kasih sayang berubah menjadi hari memilih pasangan diantara kaum muda. Perayaan ini diperkirakan diambil dari pesta muda-mudi di roma. Pesta lupercalia yang digelar setiap tanggal 15 februari.

Saat itu laki-laki menempelkan tulisan nama perempuan yang dipilihnya di lengan bajunya. Dalam acara pesta itu diadakan acara tukar menukar hadiah kemudian lupercalia dijadikan hari untuk memperingati saint valentine tetapi tradisinya tetap terbawa. Akhirnya hari valentine lebih dikenal sebagai hari cari jodoh. Yang semula untuk perayaan hari kematian, menjadi hari mencari pasangan. Ini terjadi di eropa pada abad ke-15. Perayaan valentin akhirnya dimanfaatkan oleh kalangan dunia bisnis. Para intertainer berlomba mengadakan pagelaran bertema valentine yang lain daripada yang lain dan tidak sedikit mengarah kepergaulan bebas.

TERLARANG UNTUK ORANG ISLAM
Setalah mengetahui asal mula terjadi valentine. Hendaknya kita jangan mencoba-coba kebiasaan mereka. Allah SWT telah melarang umat Islam untuk tidak mengikuti sesuatu yang tidak jelas sumbernya dan hukumnya seperti dalam firman-Nya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya” (Qs. Al- isro).

Allah dengan keras melarang umat islam untuk mengikuti kebiasaan orang kafir, dan harus menjauhinya agar tidak terpedaya oleh mereka. Allah juga telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an. “Wahai orang-orang yang beriman jika kamu mengikuti orang-orang yang kafir, niscaya mereka mengembalikan kamu menjadi kafir, lalu kamu menjadi orang-oarang yang rugi.” (Qs. Ali Imron:149)

Disadari atau tidak, mereka selalu berusaha agar umat Islam mau mengikuti agama mereka. “Orang-orang yahudi dan nashrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti mereka.” (Qs. Al-Baqorah: 120)

Kata “mengikuti” disini buikan berarti murtad atau pindah agama, tetapi juga termasuk mengikuti tradisi, adat, budaya. Upacara dan kebiasaan-kebiasaan yang mereka kerjakan.

Rasulullah bersabda: “Barang siapa yang mengikuti suatu kaum, maka ia akan menjadi bagian atau menjadi satu dengan kaum yang ditiru.” (Hr. Ibnu Hanbal dan Abu dawud).

Perhatikannlah apa yang telah dikatakan oleh Samuel Zwemmer salah satu direktur organisasi misi dari Amerika Serikat, dan juga ketua Asosiasi agen Yahudi, dalam konferensi di yarusalem tahun 1935.

Misi utama yang dibebankan negara-negara kristen kepada kita bukanlah menjadi kaum muslimin sebagai kristen, karena hal ini tidak akan sanggup kita laksanakan, tetapi ingatlah, misi utama kita adalah harus menjauhkan kaum muslimin dari ajaran Islam supaya mereka tidak mempunyai hubungan apa-apa dengan Allah. Sehingga mereka tidak menggunakan norma akhlak sebagai pegangan hidup Islam. Dengan demikian akan membuka pintu kemenangan bagi imperialis atas kerajaan-kerajaan Islam. Tetapi tidak usah bergabung dengan kita.

Masih mau merayakan Valentine…?

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.
Semoga Bermanfaat ya. amin.

Hakikat Taqwa


Pada suatu hari Rasulullah Saw., Melihat orang-orang berkumpul menggerumuni seorang laki-laki yang mengamuk karena gila. lantas Rasulullah Saw, bertanya Ada apa? mereka menjawab orang ini majnun (gila) wahai Rasulullah! Rasullah Saw besabda:
Ia tidak majnun tetapi mushaabun (orang yang di timpa musibah penyakit). Seraya Rasulullah Saw bersabda: “sesungguhnya yang di katakan majnun itu adalah orang selalu menepuk bahunya (dadanya) karena takabur, yang melihat di dua sisinya (ujub), dan sombong cara berjalannya.” (Al-nibayah 1 : 309).
Apa yang di sabdakan Rasulullah Saw itu, mengundang pertanyaan di hati para sahabat pada waktu itu. Tetapi mereka sadar itulah nasehat Rasulullah Saw. Yang selalu di selipkan dalam setiap pembicaraan yang perlu di renungkan, dan baru di pahami setelah kian lama di pikirkan. sungguh merupakan ucapan yang filosofis.
Kita sering melihat di kehidupan sehari-hari orang-orang yang tidak waras akalnya. Pakaiannya kotor penuh debu, makan minum tidak terurus, tidur di mana saja, Dan omongannya juga tidak karuan. Ada kalanya mereka di perlakukan tidak secara manusiawi. Diejek, dihina, diperolok-olokan, dan dijadikan bahan guyonan. Padahal tidak seharusnya di perlakukan demikian, karena mereka itu sedang sakit, di timpa musibah penyakit yang menutupi fungsi akalnya. kasihanilah mereka, dan itulah yang di katakan Rasulullah Saw, Al-Mushab (orang yang di timpa musibah).
Sebaliknya Rasulullah mengatakan, justu yang di sebut majnun itu adalah orang yang sehat jasmaniyahnya, berakal tetapi tidak dapat memfungsikan akalnya secara benar. Ini di tandai dengan suka menepuk dada, merasa Dia yang paling hebat dan berjasa dengan segala macam keberhasilan. Ia ujub dan takabur dengan segala atribut yang di pakainya.
Mereka gagah dan ma'shiyyat, merasa modern dan maju dengan perilaku yang hebat jika melakukan menimpang dari ketentuan agamanya. Di manakah akal sehat mereka itu? jawabnya majnun, tertutup rapat.
Rasulullah Saw bersabda : Ada tiga macam yang dapat membinasakan manusia, yaitu: mengikuti kerakusan atau ketamakan, mengikuti hawa nafsu dan merasa megah dengan apa-apa yang ada pada dirinya. Yang di maksud dengan majnun yang di sabdakan nabi tadi, ialah orang yang dihinggapi sifat ujub, yang selanjutnya melahirkan ketakaburan.
Ujub ini adalah gambaran kejiwaan yang sangat berlebih-lebihan, saat seseorang menganggap dirinya paling hebat di bandingi yang lainnya. Ia merasa paling pintar, paling gagah, paling kaya, paling berkuasa, paling dominan dan sebagainya. Pokoknya Dia merasa orang super dalam segala hal, yang akhirnya memicu siafat arogansi dalam dirinya, menghina dan melecehkan orang lain.
Sifat percaya diri memang harus ada dalam diri seseorang ,merasa senang dan gembira di persilahkan, tetapi jika sudah memasuki ketekaburan dan menganggap rendah terhadap yang lain, inilah yang dikatakan ujub yang di larang agama.
Siti Aisyah ra., pernah di tanya ; kapan seseorang di katakan melakukan perbuaLinktan jelek? beliau menjawab: Justru ketika Ia melakukan perbuatn baik. Maksudnya di saat seseorang melakukan perbuatan yang baik, tetapi dalam dirinya ada perasaan bahwa hanya dirinyalah yang dapat melakukan hal itu, orang lain tidak ada, timbul takabur dalam dirinya.
Ujub ini di golongkan kepada akhlak radzilah (rendah) yang harus di hindari. Manusia harus ingat dan sadar, bahwa Allah menciptakan manusia ini dalam bentuk tubuh yang indah di banding dengan makhluk lainnya. Kemudian Allah SWT pun melebihkan manusia satu dari yang lainnya, dalam harta atau kedudukan , fisik, dan kepintarannya.
Akibat buruk dari ujub ini ialah hilangnya rasa saling hormat menghormati, lenyapnya rasa simpati orang kepadanya, menanamkan kebencian, dan yang paling parah ialah jika yang di jadikann pendorong ujub itu kemegahan yang semu, merasa paling hebat, padahal di dalamnya itu kropos. Ia tidak sadar bahwa orang lain mengetahui kelemahannya. sungguh ini adalah pembodohan terhadap dirinya sendiri. Bukankah ada peribahasa sepintar-pintarnya tupai melompat , adakalanya terjatuh jua.
Ulama mengatakan, bahwa sifat ujub ini tidak berdiri sendiri, tapi ada penunjangnya, ada pemicunya, Artinya ada bahan-bahan yang dapat dijadikan alat untuk melakukan ujub.
Ada delapan macam yang dapat menjadi pemicu sifat ini. berikut ini macam-macamnya dan cara pengobatannya.
Pertama, ujub dengan merasa megah dan kelebihan dalam fisik dan bentuk badannya. Ia merasa bahwa fisiknya lebih hebat, lebih cantik atau lebih tampan dan kuat dari yang lainnya. di tambah dengan suaranya yang lebih merdu. lantas ia over acting, takabur dan merendahkan yang lainnya. ia merasa bahwa semua itu hasil jerih payahnya. padahal semua itu adalah pemberian Tuhan yang maha kuasa yang harus di syukuri. Ia sibuk mengurus dirinya, tetapi melupakan sang pencipta yang telah menganugerahkan ni’mat kepadanya. Waktu-waktunya di habiskan untuk memamerkan keindahan tubuhnya, kemerduan suaranya, dan kecantikan parasnya. pujian yang di harapkannya, tepuk tangan dan sorak sorai dambaannya. materi atau uang semata-mata di carinya.
Kedua, ujub dengan merasa megah dan hebat karena mengendalikan kekuatan fisiknya, dalam melawan musuh. Ia takabur dan susumbar bahwa tidak akan ada orang yang dapat mengalahkan Dia. Ini adalah sikap yang keliru, karena akan menghilangkan kewaspadaannya. Ia akan lemah karena menganggap enteng lawan. Oleh sebab itu, banyak kekalahan-kekalahan yang di derita oleh suatu kaum bukan karena tidak dilatih atau tidak menggunakan alat alat canggih, tetapi kecolongan menganggap enteng kepada lawan. untuk pengobatannya tidak ada jalan lain kecuali manusia harus ingat, bahwa semakin tambah usia dari segi jumlah akan semakin menurun dari segi kekuatan badannya. tenaga dari hari ke hari semakin melemah, kosentrasi dan pemikiran juga semakin menurun. Ia harus sadar dalam sejarah orang yang ujub, takabur dengan kekuatannya, maka Allah yang akan menghancurkannya.
Ketiga, Orang yang ujub dengan ilmu, akal dan kecerdikannya dalam memahami ilmu-ilmu agama dan juga urusan-urusan keduaniaannya. Umumnya orang yang demikian itu merasa dan menggap dirinya paling pintar. merasa bahwa pendapatnya paling benar. Ia dapat bersilat lidah, tetapi bukan kebenaran yang di cari, popularitas murahan yang ia dambakan. Tidak mau bermusyawarah karena yang lain di anggap bodoh. jarang bertanya kepada yang lain karena merasa cukup dengan ilmunya hasil otodidaknya. Padahal adakalanya belajar sendiri tanpa guru akan menemui kekeliruan, karena kecerdasan itu ada batasnya. Ia menganggap rendah bahkan menghina kepada orang yang bersebrangan paham dengannya.
Keempat, Ujub atau merasa megah dan bangga dengan keturunan. Artinya sombong dirinya, karena ia merasa dirinya turunan ningrat atau bangsawan. Biasanya orang yang demikian itu menganggap bahwa dirinyalah yang harus di hormati dan di muliakan. Ia harus di perioritaskan dalam segala hal. ia selalu mebayangkan bahwa orang yang ada di sekitarnya itu adalah pembantunya, atau khadamnya yang dapat di perlakukan seenaknya saja. Dia merasa menjadi Raja di lingkungan masyarakatnya. Timbullah sifat sombong dan angkuhnya.
kelima, orang yang ujub dan ta jub dengan pemimpinnya yang zhalim. Ia merasa megah mempunyai pemimpin yang hebat dalam pidatonya, banyak para pengawalnya, bertumpuk harta kekayaannya, tinggi kekuasaannya, luas pengaruhnya. sehingga si pemimpin zhalim ini menjadi idolanya. Ia hanya memandang dari luarnya, tidak memperhatikan bagaimana agama dan ilmu dari sang pemimpin itu. Maka terjadilah pengultusan atau pendewaan terhadap seseorang. Sebenaranya ini adalah kebodohan yang sangat besar.
Keenam, orang yang merasa megah, gagah karena banyak anaknya yang dapat di andalkan, banyak pembantu rumah tangganya, banyak kerabat dan handai taulannya, banyak teman-teman sekantornya, tak terhitung pendukung dan pengikutnya, punya backing dan pengawal yang kuat dan sebagainya. Ia mengganggap bahwa dirinya tidak akan tergoyahkan. timbullah sifat ujubnya, takabur dan menghina orang.
Ketujuh, Orang yang merasa hebat karena harta yang berlimpah ruah. Ia sombong, takabur, dan riya dengan hartanya itu. Seolah-olah Dia saja yang yang kaya. Tinggi dalam ucapannya, over acting dalam tindakannya, tidak mau kenal dengan yang miskin, suka pamer kekayaan, dan hidupnya mewah. Ia suka infak atau zakat tetapi dasarnya riya. Dambaannya tiada lain hanya ingin menambah kendaraannya yang lebih mewah, gedungnnya yang tinggi menjulang, makannya yang lezat-lezat, pakaian yang mahal-mahal. Uruasan agamanya terbangkalai.
Kedelapan, Orang yang ujub dengan hasil pemikirannnya, yang keliru atau salah, (Al-Rayu al-khata). Lalu Ia dengan mati-matian mempertahankan pahamnya yang keliru itu, karena merasa benar, yang lain salah. Inilah yang di sabdakan Rasulullah Saw. Bahwa yang akan melanda umat di akhir zaman ialah ujubnya orang yang mempunyai pendapat terhadap paham atau pendapatnya itu. Di sisi lain akan membinasakan umat, sehingga cerai berai jauh dari petunjuk Al-Qur’an dan As-sunnah, dan tiap-tiap firkah merasa megah dengan apa yang ada pada mereka. Umumnya Ahli bid’ah dan aliran-aliran sesat mereka enggan atau tidak mau meninggalkan pendapatnya atau bid’ahnya itu, karena menganggap pendapatnya itu adalah baik dan benar.

Sumber dari Sini

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.
semoga bermanfaat. amin

QURBAN & KEIKHLASAN

 

Syariat Qurban telah mengalami perjalanan yang panjang. Bagaimana tidak, Qurban merupakan salah satu syariat (aturan) yang pertama turun kepada manusia. Syariat ini turun pertama kali kepada dua anak Adam. Umur syariat ini sama dengan umur manusia hidup di dunia. Usia yang lama dan perjalanan yang panjang menjadikan syariat ini mengalami berbagai penyimpangan.

Hal ini di ingatkan Allâh kepada Nabi terakhir, Rasûlullâh Muhammad Saw., "Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan qurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil), Aku pasti membunuhmu! Berkata Habil, Sesungguhnya Allâh hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertakwa." (Qs. Al-Maidah [5]:27)

Kenapa ada qurban yang di tolak (Qabil) dan diterima (Habil)? Bila kita perhatikan ternyata penolakan tersebut terjadi diakibatkan adanya unsus-unsur asarah (sikap manusia lebih mementingkan urusan duniawi). Dalam pengertian umum, apabila unsur ra’yu (pertimbangan akal) sudah ikut campur mengatur urusan wahyu itulah yang menjadi sebab diantara tertolaknya suatu amal ibadah. Meskipun perbuatan itu terlihat baik dan benar, tetapi Allâh Maha Tahu bahwa perbuatan itu tidak baik dan tidak benar.

Sering kita mendengar ungkapan "Yang penting ikhlas" orang sering tertipu dengan ungkapan seperti itu. Ikhlas yang mana? Apakah putera Adam yang qurbannya di tolak itu tidak ikhlas? Menurut pemikirannya, dia berqurban dengan ikhlas, tetapi kenyataannya Allâh menolak qurbannya karena tidak ikhlas.

Yang di maksud ikhlas adalah satu sikap mengosongkan satu pekerjaaan dari segala unsur selain unsur wahyu. Kita perhatikan firman Allâh Swt., "Wa mâ umirû illâ liya’budûllâha mukhlishîna lahuddîn - Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allâh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (Qs. Al-Bayyinah [98]:5) yang dimaksud "Mukhlishîna lahuddîn" bukan mengikhlaskan agama tetapi mengikhlaskan ibadah hanya bagi-Nya. Dalam arti dalam setiap ibadah diharuskan tunduk, patuh dan taat kepada syariat yang telah ditentukan. Jika demikian akan mendapatkan apa yang di nyatakan Allâh Swt., "Wallâhu yuhibbul mukhlisîn," Allâh menyukai orang-orang yang patuh, tunduk dan taat, dan seperti inilah gambaran dari keikhlasan.

Diantara dilalah (petunjuk) bahwa Qabil tidak ikhlas dalam berqurban muncul sifat hasud dalam dirinya setelah mengetahui qurbannya tidak diterima. Dia mengatakan "Laaqtulannak" karna engkau di terima sedangkan aku di tolak, biar di kemudian hari tidak ada saingan lagi tidak ada cara yang lain kecuali harus dihilangkan saingan itu. Inilah barangkali ciri dari ketidakikhlasan.

Keistimewaan umat terdahulu adalah ketika suatu ibadah itu diterima atau tidak, pada saat itu juga akan terlihat ciri-cirinya; seperti yang terjadi pada qurban anak Adam. Sehubungan dengan hal tersebut, Rasûlullâh Saw., pada satu saat pernah menyatakan kepada para sahabat dalam ungkapan yang mutlaq, "Satarauna asaratan," pada satu saat kalian akan melihat asarah (sikap manusia lebih mementingkan urusan duniawi).

Ada empat jenis pertanyaan yang biasa berlaku; (1) Pertanyaan karena ingin tahu, (2) Pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban, (3) Pertanyaan karena ingin memberi tahu, dan (4) Pertanyaan untuk menguji. Pada suatu saat Rasûlullâh Saw., mengajukan pertanyaan pada para sahabat,

Diantara makhluk Allâh, menurut kalian siapa yang paling beriman? Para sahabat menjawab, para Malaikat! Rasûlullâh menyatakan, tidak mengherankan jika para malaikat paling beriman karena mereka berada di sisi Tuhan mereka, siapa yang paling beriman selain malaikat?. Sahabat menjawab lagi, bila demikian, para Nabi! Rasûlullâh menyatakan, tidak heran para Nabi beriman karena wahyu turun kepada mereka, selain para Nabi? Para sahabat kembali menjawab, jika demikian kamilah yang paling beriman! Kembali Rasûlullâh menyatakan, tidak heran kalian beriman dan tidak ada alasan bagi kalian untuk tidak beriman sedangkan aku sebagai Nabi berada di tengah kalian, kalian melihat mu’jizat dan kalian menyaksikan wahyu turun di tengah-tengah kalian.

Setelah para sahabat kehilangan jawaban, kemudian Rasûlullâh menjelaskan, yang paling beriman diantara makhluk Allah dan yang paling mentakjubkan adalah mereka, orang-orang yang hidup jauh setelah kalian, mereka yang hanya menemukan suhuf, lembaran-lembaran wahyu (Alquran) tetapi mereka beriman kepada isi lembaran-lembaran tersebut. Merekalah yang paling beriman diantara makhluk Allah.

Di satu sisi Rasûlullâh mengagumi keimanan kita yang hidup di zaman ini, namun dari sisi lain (segi amal) Rasûlullâh merasa khawatir.

Asarah yang diungkapkan beliau secara muthlaq bisa berada dalam berbagai amal; dalam shalat, shaum, zakat, umrah dan haji termasuk di dalam qurban, sehingga jika semuanya mengandung unsur-unsur asarah, apakah kiranya termasuk ibadah yang diterima atau termasuk ibadah yang ditolak? Yang terakhir inilah yang perlu kita khwatirkan dan berusaha melepaskan segala unsur asyarat dari setiap amal ibadah kita.

Setiap umat mempunyai kaifiat tertentu dalam syariat, tetapi yang paling sempurna adalah syariat pada umat yang paling akhir karena berhubungan dengan qurban secara mutlaq. Qurban pada umat terakhir ini ada yang disebut 'Aqiqah, udhiyyah, dan hadyu. Pada semua syariat inilah Rasûlullâh merasa khawatir; dalam 'aqiqah, unsur ra’yu turut serta mengatur masalah wahyu sehingga bukan daging ‘aqiqah yang dibagikan melainkan daging yang telah dimasak. Ada ungkafan, "Jangan tanggung dalam beramal, dimasak sekalian daging 'aqiqah baru dibagikan!" Ungkapan tersebut sepertinya baik, padahal telah jauh melampaui syariat yang telah ditentukan. Inilah unsur ra'yu ikut campur dalam masalah wahyu.

Demikian pula dalam pelaksanaan hadyu pada ibadah haji. Berapa ratus ribu jamaah haji kita yang berangkat setiap tahunnya ke Makkah, namun dari sekian ratus ribu itu, kiranya berapa ribu yang melaksanakan hadyu (qurban) dengan baik dan benar? Sering terdengar banyak jamaah haji kita yang tidak melakukan hadyu di Makkah atau di Mina melainkan di kampung halamannya sendiri, dititipkan pada keluarganya untuk disembelih di sana, karena merasa akan lebih bermanfaat; masyarakat kampungnya bisa terbagi dan alasan lainnya. Padahal hadyu pada ibadah haji sifatnya sudah jelas merupakan hadyan balighan ka’bah. Ibadah qurban yang ditentukan tempat dan waktunya. Jika hadyu dilakukan di kampung halaman sendiri maka dengan demikian ibadah hajinya perlu diulangi lagi, ekstrimnya bisa dikategorikan tidak sah karena unsur ra’yu sudah ikut campur dalam masalah wahyu.

Pada suatu hari Rasûlullâh menjelaskan tata cara udhiyyah (qurban) namun ada diantara sahabat yang menyertakan ra'yu dalam pelaksanaannya. Salah seorang sahabat menyembelih hewan qurbannya sebelum shalat ied dilaksanakan dengan alasan dia ingin ibadah qurbannya yang paling pertama pada hari itu. Ketika Rasûlullâh mengetahui hal tersebut beliau bersabda, "Barang siapa yang melakukan sembelihan sebelum shalat maka dia harus menyembelih seekor kambing lagi sebagai ganti sembelihan yang tidak sah!."

Pada suatu kesempatan seorang sahabat di Tanya, "Bagaimana sembelihan yang kalian lakukan pada zaman Rasul? Sahabat itu mejawab, Seseorang menyembelih itu untuk dirinya juga atas nama keluarganya, lalu mereka memakannya, membagikan dan menyimpannya sehingga terjadilah kejadian yang seperti kau lihat pada saat ini, orang sudah saling membanggakan diri dalam qurbannya." Membanggakan diri karena merasa hewan qurbannya paling besar, paling bagus, dan paling mahal. Inilah yang dikhawatirkan Rasûlullâh, suatu saat umatnya akan saling membanggakan diri.

Suatu saat khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab sengaja tidak melakukan qurban. Keduanya tidaklah lupa ataupun sudah kehabisan uang untuk berqurban. Akan tetapi keduanya melakukan hal tersebut sebagai saddu dara'i (pencegahan) jangan sampai umat menganggap udhiyah itu wajib.

Qurban yang kita lakukan pada hari raya Iedul Adha, di hari-hari tasyrik merupakan sembelihan udhiyyah yang mudah-mudahan unsur-unsur ra'yu yang ada dalam benak kita tidak ikut campur dalam masalah wahyu. Semoga ibadah qurban kita termasuk ibadah yang diterima di sisi Allâh Swt. Amien!

#Sumber dari sini

Terimakasih telah berkunjung ke blog saya.

Selasa, 23 Oktober 2012

PACARAN HALAL, Sebagai Penjajakan


PACARAN HALAL
Sebagai Proses Penjajakan, Percayalah Kepada Cowok
(tidak mengandung ayat dari kitab agama manapun)

Jangan salah persepsi. Tulisan ini sama sekali tidak membenarkan judul di atas. Hanya sebagai umpan untuk menarik perhatian pembaca. 

Berdasarkan dari betapa mudahnya wanita diperdaya oleh lelaki/cowok. Bahkan dengan sangat angkuhnya wanita sering berpendapat bahwa dirinya tidak akan mudah termakan rayuan gombal lelaki. Itu benar, karena dimasa sekarang ini tidak ada lelaki yang bibirnya bisa mengucapkan rayuan gombal seperti film-film Indonesia toempoe doeloe. Tetapi dengan pendidikan dan teknologi yang berkembang, metode kami berubah (red:cowok). 

Kami bisa memanfaatkan semua SDM dan SDA yang ada di sekitar kami untuk menunjang tegaknya diagnosa“SERIUS” dihadapan target (wanita). Apakah property “nebeng”? Oh tidak! Bahkan hanya dengankesederhanaan, malah jadi pamungkas yang cukup jitu untuk meluluhkan hati wanita incaran kami. Karena dengan kesederhanaan dan property seadanya, akan mendatangkan kesan ketulusan dan bersahaja. Yang kemudian menimbulkan cinta sepenuh hati, berakibat kepasrahan. Ini fokusnya, kepasrahan yang artinya diriku sepenuhnya kuserahkan padamu, termasuk my virgin (klo masih).

Wahai wanita, tidak semua diantara kami kaum lelaki mengincar hartamu, yang merupakan incaran kami sebenarnya adalah SEX, sejauh mana dirimu memberikan rasa penasaran kepada kami, selama itu pula kami sanggup bersandiwara dengan sekuat tenaga kami. Mengapa kami sebut sandiwara? Karena kami menyimpulkan bahwa yang telah beristeri saja masih banyak yang selingkuh (meski tidak semuanya). 

Pernikahan yang kejelasan statusnya dilindungi oleh hukum agama dan UU Negara, masih sering kami injak-injak. Apalagi status pacaran? Yang sama sekali tidak dikuatkan oleh peraturan manapun. Artinya seorang cowok bisa saja berpacaran dengan seribu cewek dalam waktu bersamaan atau sebaliknya. Maka jadilah pemuda-pemudi bangsa ini sebagai pakar zina, dari yang kecil sampai yang besar. 

Tapi masalah jadi bangsa apa bukan urusan kami, selagi kami masih bisa menikmati kenikmatan dunia lewattubuh wanita secara free, maka paradigma “Pacaran sebagai proses penjajakan” akan selalu kami sebarkan dengan cara apapun. 

Sex dengan pacar sendiri sangat berbeda rasanya dengan sex dengan pelacur manapun dengan harga pakai berapapun. Sebab wanita yang selalu jadi target kami tentunya bersih, sehat, bebas penyakit menular seks (PMS), terawat dan terdidik. 

Soal kaya atau miskin si target itu bisa disesuaikan. Maksudnya apabila kami telah sukses memperdaya hati target, maka keadaan keuangan akan sangat mudah dikendalikan berdasarkan scenario “rasa pengertian” yang kami ciptakan di hati target. Pulsa yang kami keluarkan untuk menjalin kedekatan tidak sebanding dengan kenikmatan yang menanti kami. 

Target berjilbab? Bisa sukses bisa juga tidak. 
Usaha kami dalam berburu “kenikmatan” terhadap target berjilbab memerlukan beberapa trik tambahan. Tetap bersikap sederhana, apa adanya, bersahaja, pengakuan terhadap kekurangan diri, bersikap humoris dan sedikit bumbu religi yang didapat dari ceramah ustadz-ustadz di televisi bisa jadi referensi tambahan. 

Usaha kami sukses terhadap target yang berjilbab yang juga masih berpakaian ketat, sehingga jilbab kadang-kadang hanya menutupi rambutnya dan tidak menutupi ukuran “hardware” indahnya. Kulit target yang halus mulus karena sering tertutup dari polusi udara dan matahari memberikan sensasi yang tidak sama dengan target tidak berjilbab pada umumnya. 
Luar biasa!!!

Usaha kami gagal apabila target berjilbab tapi juga berpakaian yang lebar, sehingga tidak tampak keindahannya lewat mata secara fisik, tapi kami sangat yakin dibalik pakaian yang lebar itu tersimpan lebih banyak keindahan. Kami kurang pasti penyebab kegagalan usaha kami terhadap target tersebut, bisa jadi keteguhan target dalam memegang keyakinan bahwa keindahan yang mereka miliki merupakan “harta berharga” yang hanya akan disuguhkan kepada suami mereka nantinya.

Kenyataan yang menggembirakan adalah target “kokoh” semacam ini berjumlah sangat sedikit jika dibandingkan dengan total target “empuk” yang banyak tersedia di sekitar kami. 

Pada umumnya target menginginkan “keseriusan”. Ketidaktahuan mereka terhadap makna kata serius ini yang sering kami manfaatkan sebagai peluluh hati mereka. Trik yang kami gunakan bermacam-macam, mulai dari kirim sms yang bertuliskan “Aku serius lho sama kamu”, telepon diatas jam 23.00 (tarif murah) untuk bicara panjang lebar dengan topik yang dipilih secara random. Ini trik yang paling sederhana dan cukup jitu untuk target yang masih lugu atau pura-pura lugu soal keseriusan hubungan. Maksudnya walau target sudah mengerti tentang trik yang kami jalankan dalam meraih target, tapi seiring waktu dan semangat kami yang tidak berputus asa dalam menjalankan skenario, cepat lambat target yang dulunya pura-pura lugu akan luluh akhirnya melihat semangat tulus palsu kami. 

Jika tujuan utama kami yaitu tubuh indah target belum didapatkan, maka bukti keseriusan palsu kami dapat dikuatkan dengan memboyong mereka ke orang tua kami atau sebaliknya, kami bersedia diboyong ke orang tua target. Sampai disini saja keberanian kami untuk bermain dengan kata serius, untungnya karena 99% target telah takluk pada level trik ini. 

Kenyataan yang juga menggembirakan kami adalah apabila ternyata orang tua kami atau oramg tua target juga memiliki paradigma “Pacaran adalah proses penjajakan” atau “Pacaran adalah proses yang harus dilalui oleh remaja normal”
Luar biasa!!!
Target yang telah beranggapan bahwa “inilah jodohku”, dengan paradigma ini kami telah mendapatkan kepercayaan penuh dari segala pihak untuk memperlakukan target semau kami. Termasuk menikmati kenyamanan sensasi seks penuh gratisan yang kami tunggu-tunggu selama perjuangan. Tidak perlu buru-buru, karena kami sangat dan sangat memperhatikan situasi, kondisi dan domisili.

Soal dikemudian hari kami bosan dengan target yang sudah habis manisnya karena kami hisap atau muncul target baru yang lebih segar, maka skenario pelepasan diri dapat dijalankan dengan berbagai alasan. Sangat mudah melakukannya mengingat semua manusia memiliki kekurangan, kekurangan inilah yang harus diangkat ke permukaan dan menjadi pokok bahasan yang berlanjut dengan putusnya hubungan. Alasan ketidakcocokan bisa menjadi penangkal pertanyaan orang tua masing-masing pihak.

Putus. Juga merupakan jalan baru bagi kami untuk memulai skenario pengejaran target baru. Tampangberduka, bahkan tampang tegar paska putus pun bisa menjadi pesona di hadapan target baru ini. Tentunya kami tidak meninggalkan trik-trik peluluhan hati yang kami terapkan terhadap target-terget sebelumnya sepertisederhana, tampil apa adanya, bersahaja, sedikit ditambah bumbu humoris karena target pada umumnya ingin dekat dengan orang yang selalu bisa membuatnya tersenyum dalam setiap keadaan. Target selalu ingin merasakan aman, nyaman, disayang, diperhatikan (beberapa). Maka sedaya upaya kami akan ciptakan suasana tersebut hanya didekat kami. Persepsi bahwa di dekat kami maka target merasa aman, nyaman, tenang, tersenyum, dan damai merupakan paradigma yang harus kami ciptakan di dalam kepala target.
Untuk kesekian kalinya kami selalu sukses dalam pencapaian tujuan kami, menjadikan kami sangat berpengalaman dan cerdas dalam program ini, dengan atau tanpa hambatan sama sekali. Sungguh indah dunia ini, dipenuhi dengan target-target berpendidikan tapi bodoh yang menunggu giliran untuk kami habisi.

“Ahh, saya kan gak pernah serius klo pacaran, ngapain takut!”
Jika terget berfikiran seperti kata-kata di atas, maka pemikiran seperti ini juga merupakan peluang besar bagi kami untuk memulai skenario peluluhan hati. Yang kami utamakan lebih dahulu adalah mengadakan ikatan super tidak jelas bernama Pacaran, soal cinta atau tidak, itu cuma masalah waktu. Trik-trik yang kami lancarkan akan mengubah keadaan hati target seiring waktu yang dilalui bersama-sama dan komitmen semu tentang pacaran yang kami atau orang lain ciptakan. 

“Ahh, tidak semua cowok seperti itu, cowokku ga gitu and ga mungkin begitu!”. 
Kata-kata sejenis ini merupakan tolak ukur keberhasilan skenario BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya) yang nantinya menjadi peluang besar untuk mendapatkan tubuh target di kemudian hari. Karena salah satu yang kami ingin bentuk adalah pendapat target bahwa kami adalah cowok yang berbeda dengan cowok pada umumnya.

Jika Anda wanita berpenampilan menarik atau tidak, bertubuh indah baik tertutup atau tidak, mencari keseriusan hubungan, mencari cinta dari sesama manusia tanpa pemahaman yang jelas…
Maka Anda target kami berikutnya!!!

Wahai wanita, ketahuilah bahwa seorang laki-laki yang benar-benar serius terhadapmu akan datang kepada orang tuamu dengan berkata “Pak, saya ingin menikahi putri Bapak, sekarang saya punya penghasilan Rp…../bulan, dst”, sedangkan laki-laki yang benar-benar serius ingin menghabisimu akan datang langsung kepadamu dengan berkata “Maukah kamu jadi pacarku?”.

Puncak kehinaan wanita ketika ia menerima tembakan seorang lelaki untuk jadi kekasihnya.
Puncak kemuliaan wanita ketika orang tua/walinya mempertimbangkan lamaran seorang lelaki untuk jadi isterinya. 
Hancurkan harga diri dengan pacaran, muliakan diri dengan ...

Tidak ada solusi termuat dalam tulisan ini, meskipun solusinya tertulis tetapi tidak akan menghentikan kegiatan kami, kami hanya bisa berhenti jika semua target mengaplikasikan solusi yang sebenarnya sudah mereka tahu. 
Pacaran sebagai proses penjajakan, penjajakan = peng”injak-injakan” atau pen”jaja”an.
Jika Anda belum pacaran, Nantikan kehadiran kami di sisi Anda!
Jika Anda telah putusan, Nantikan juga kehadiran kami di sisi Anda!
Jika Anda masih pacaran, maka tunggu tanggal “main” kami bersama Anda!

Wallahua’lam bisshawab

Sumber dari Sini

Minggu, 08 April 2012

PERANG SALIB Versi Kristen

Perang Salib

Konsili Clermont, Paus Urbanus II berkotbah dan terdengar teriakan "Deus Vult!", "Allah menghendaki"[1]















Perang Salib[2][3][4] adalah gerakan umat Kristen di Eropa yang memerangi umat Muslim[5][6] di Palestina secara berulang-ulang mulai abad ke-11 sampai abad ke-13, dengan tujuan untuk merebut Tanah Suci dari kekuasaan kaum Muslim dan mendirikan gereja dan kerajaan Latin di Timur.[7] Dinamakan Perang Salib, karena setiap orang Eropa yang ikut bertempur dalam peperangan memakai tanda salib pada bahu, lencana dan panji-panji mereka.[8]
Istilah ini juga digunakan untuk ekspedisi-ekspedisi kecil yang terjadi selama abad ke-16 di wilayah di luar Benua Eropa, biasanya terhadap kaum pagan dan kaum non-Kristiani untuk alasan campuran; antara agama, ekonomi, dan politik. Skema penomoran tradisional atas Perang Salib memasukkan 9 ekspedisi besar ke Tanah Suci selama Abad ke-11 sampai dengan Abad ke-13. “Perang Salib” lainnya yang tidak bernomor berlanjut hingga Abad ke-16 dan berakhir ketika iklim politik dan agama di Eropa berubah secara signifikan selama masa Renaissance.
Perang Salib pada hakikatnya bukan perang agama, melainkan perang merebut kekuasaan daerah. Hal ini dibuktikan bahwa tentara Salib dan tentara Muslim saling bertukar ilmu pengetahuan.
Perang Salib berpengaruh sangat luas terhadap aspek-aspek politik, ekonomi dan sosial, yang mana beberapa bahkan masih berpengaruh sampai masa kini. Karena konfilk internal antara kerajaan-kerajaan Kristen dan kekuatan-kekuatan politik, beberapa ekspedisi Perang Salib (seperti Perang Salib Keempat) bergeser dari tujuan semulanya dan berakhir dengan dijarahnya kota-kota Kristen, termasuk ibukota Byzantium, Konstantinopel-kota yang paling maju dan kaya di benua Eropa saat itu. Perang Salib Keenam adalah perang salib pertama yang bertolak tanpa restu resmi dari gereja Katolik, dan menjadi contoh preseden yang memperbolehkan penguasa lain untuk secara individu menyerukan perang salib dalam ekspedisi berikutnya ke Tanah Suci. Konflik internal antara kerajaan-kerajaan Muslim dan kekuatan-kekuatan politik pun mengakibatkan persekutuan antara satu faksi melawan faksi lainnya seperti persekutuan antara kekuatan Tentara Salib dengan Kesultanan Rum yang Muslim dalam Perang Salib Kelima.


Situasi di Eropa

Asal mula ide perang salib adalah perkembangan yang terjadi di Eropa Barat sebelumnya pada Abad Pertengahan, selain itu juga menurunnya pengaruh Kekaisaran Byzantium di timur yang disebabkan oleh gelombang baru serangan Muslim Turki. Pecahnya Kekaisaran Carolingian pada akhir Abad Ke-9, dikombinasikan dengan stabilnya perbatasan Eropa sesudah peng-Kristen-an bangsa-bangsa Viking, Slavia, dan Magyar, telah membuat kelas petarung bersenjata yang energinya digunakan secara salah untuk bertengkar satu sama lain dan meneror penduduk setempat. Gereja berusaha untuk menekan kekerasan yang terjadi melalui gerakan-gerakan Pax Dei dan Treuga Dei. Usaha ini dinilai berhasil, akan tetapi para ksatria yang berpengalaman selalu mencari tempat untuk menyalurkan kekuatan mereka dan kesempatan untuk memperluas daerah kekuasaan pun menjadi semakin tidak menarik. Pengecualiannya adalah saat terjadi Reconquista di Spanyol dan Portugal, dimana pada saat itu ksatria-ksatria dari Iberia dan pasukan lain dari beberapa tempat di Eropa bertempur melawan pasukan Moor Islam, yang sebelumnya berhasil menyerang dan menaklukan sebagian besar Semenanjung Iberia dalam kurun waktu 2 abad dan menguasainya selama kurang lebih 7 abad.
Pada tahun 1063, Paus Alexander II memberikan restu kepausan bagi kaum Kristen Iberia untuk memerangi kaum Muslim. Paus memberikan baik restu kepausan standar maupun pengampunan bagi siapa saja yang terbunuh dalam pertempuran tersebut. Maka, permintaan yang datang dari Kekaisaran Byzantium yang sedang terancam oleh ekspansi kaum Muslim Seljuk, menjadi perhatian semua orang di Eropa. Hal ini terjadi pada tahun 1074, dari Kaisar Michael VII kepada Paus Gregorius VII dan sekali lagi pada tahun 1095, dari Kaisar Alexius I Comnenus kepada Paus Urbanus II.
Perang Salib adalah sebuah gambaran dari dorongan keagamaan yang intens yang merebak pada akhir abad ke-11 di masyarakat. Seorang tentara Salib, sesudah memberikan sumpah sucinya, akan menerima sebuah salib dari Paus atau wakilnya dan sejak saat itu akan dianggap sebagai “tentara gereja”. Hal ini sebagian adalah karena adanya Kontroversi Investiture, yang berlangsung mulai tahun 1075 dan masih berlangsung selama Perang Salib Pertama. Karena kedua belah pihak yang terlibat dalam Kontroversi Investiture berusaha untuk menarik pendapat publik, maka masyarakat menjadi terlibat secara pribadi dalam pertentangan keagamaan yang dramatis. Hasilnya adalah kebangkitan semangat Kristen dan ketertarikan publik pada masalah-masalah keagamaan. Hal ini kemudian diperkuat oleh propaganda keagamaan tentang Perang untuk Keadilan untuk mengambil kembali Tanah Suci – yang termasuk Yerusalem (dimana kematian, kebangkitan dan pengangkatan Yesus ke Surga terjadi menurut ajaran Kristen) dan Antiokhia (kota Kristen yang pertama) - dari orang Muslim. Selanjutnya, “Penebusan Dosa” adalah faktor penentu dalam hal ini. Ini menjadi dorongan bagi setiap orang yang merasa pernah berdosa untuk mencari cara menghindar dari kutukan abadi di Neraka. Persoalan ini diperdebatkan dengan hangat oleh para tentara salib tentang apa sebenarnya arti dari “penebusan dosa” itu. Kebanyakan mereka percaya bahwa dengan merebut Yerusalem kembali, mereka akan dijamin masuk surga pada saat mereka meninggal dunia. Akan tetapi, kontroversi yang terjadi adalah apa sebenarnya yang dijanjikan oleh paus yang berkuasa pada saat itu. Suatu teori menyatakan bahwa jika seseorang gugur ketika bertempur untuk Yerusalemlah “penebusan dosa” itu berlaku. Teori ini mendekati kepada apa yang diucapkan oleh Paus Urbanus II dalam pidato-pidatonya. Ini berarti bahwa jika para tentara salib berhasil merebut Yerusalem, maka orang-orang yang selamat dalam pertempuran tidak akan diberikan “penebusan”. Teori yang lain menyebutkan bahwa jika seseorang telah sampai ke Yerusalem, orang tersebut akan dibebaskan dari dosa-dosanya sebelum Perang Salib. Oleh karena itu, orang tersebut akan tetap bisa masuk Neraka jika melakukan dosa sesudah Perang Salib. Seluruh faktor inilah yang memberikan dukungan masyarakat kepada Perang Salib Pertama dan kebangkitan keagamaan pada abad ke-12.

Situasi Timur Tengah

Keberadaan Muslim di Tanah Suci harus dilihat sejak penaklukan bangsa Arab terhadap Palestina dari tangan Kekaisaran Bizantium pada abad ke-7. Hal ini sebenarnya tidak terlalu memengaruhi penziarahan ke tempat-tempat suci kaum Kristiani atau keamanan dari biara-biara dan masyarakat Kristen di Tanah Suci Kristen ini. Sementara itu, bangsa-bangsa di Eropa Barat tidak terlalu perduli atas dikuasainya Yerusalem–yang berada jauh di Timur–sampai ketika mereka sendiri mulai menghadapi invasi dari orang-orang Islam dan bangsa-bangsa non-Kristen lainnya seperti bangsa Viking dan Magyar. Akan tetapi, kekuatan bersenjata kaum Muslim Turki Saljuk yang berhasil memberikan tekanan yang kuat kepada kekuasaan Kekaisaran Byzantium yang beragama Kristen Ortodoks Timur.[9]
Titik balik lain yang berpengaruh terhadap pandangan Barat kepada Timur adalah ketika pada tahun 1009, kalifah Bani Fatimiyah, Al-Hakim bi-Amr Allah memerintahkan penghancuran Gereja Makam Kudus (Church of the Holy Sepulchre).[10] Penerusnya memperbolehkan Kekaisaran Byzantium untuk membangun gereja itu kembali dan memperbolehkan para peziarah untuk berziarah di tempat itu lagi. Akan tetapi, banyak laporan yang beredar di Barat tentang kekejaman kaum Muslim terhadap para peziarah Kristen. Laporan yang didapat dari para peziarah yang pulang ini kemudian memainkan peranan penting dalam perkembangan Perang Salib pada akhir abad itu.

Penyebab langsung

Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan laju invasi tentara Muslim ke dalam wilayah kekaisaran tersebut.[11][12] Hal ini dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan Kekaisaran Byzantium, akan tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November 1095[13], para pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun 1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat bahwa Reconquista adalah kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.

Perang

Perang Salib I

Pada musim semi tahun 1095 M, 150.000 orang Eropa, sebagian besar bangsa Perancis dan Norman[14], berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M[15] dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey. Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M), Tripoli (1109 M) dan kota Tyre (1124 M). Di Tripoli mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil menaklukkan kembali Aleppo, Hamimah, dan Edessa. Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.

Perang Salib II

Kejatuhan County Edessa ini menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.[16][17] Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi, gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil memasuki Damaskus. Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M, setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem, tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali. Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.

Perang Salib III

Jatuhnya Yerussalem ke tangan kaum Muslim sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan. Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis memunculkan Perang Salib III.[18] Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk "menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2 Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang disebut dengan Shulh al-Ramlah. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.[19]

Perang Salib IV

Pada tahun 1219 M, meletus kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M. Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana.

Kondisi sesudah Perang Salib

Perang Salib Pertama melepaskan gelombang semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen Ortodoks Timur. Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas. Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, perang salib tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah kota Akka jatuh untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide perang salib mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka yang terakhir, orde ini menguasai Pulau Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.

Peninggalan

Benua Eropa

Perang Salib selalu dikenang oleh bangsa-bangsa di Eropa bagian Barat dimana pada masa Perang Salib merupakan negara-negara Katolik Roma. Perang Salib juga menimbulkan kenangan pahit.[20] Banyak pula kritikan pedas terhadap Perang Salib di negara-negara Eropa Barat pada masa Renaissance.[21][22]

Politik dan Budaya

Perang Salib amat memengaruhi Eropa pada Abad Pertengahan.[23] Pada masa itu, sebagian besar benua dipersatukan oleh kekuasaan Kepausan, akan tetapi pada abad ke-14, perkembangan birokrasi yang terpusat (dasar dari negara-bangsa modern) sedang pesat di Perancis, Inggris, Burgundi, Portugal, Castilia dan Aragon. Hal ini sebagian didorong oleh dominasi gereja pada masa awal perang salib.
Meski benua Eropa telah bersinggungan dengan budaya Islam selama berabad-abad melalui hubungan antara Semenanjung Iberia dengan Sisilia, banyak ilmu pengetahuan di bidang-bidang sains, pengobatan dan arsitektur diserap dari dunia Islam ke dunia Barat selama masa perang salib.
Pengalaman militer perang salib juga memiliki pengaruh di Eropa, seperti misalnya, kastil-kastil di Eropa mulai menggunakan bahan dari batu-batuan yang tebal dan besar seperti yang dibuat di Timur, tidak lagi menggunakan bahan kayu seperti sebelumnya. Sebagai tambahan, tentara Salib dianggap sebagai pembawa budaya Eropa ke dunia, terutama Asia.
Bersama perdagangan, penemuan-penemuan dan penciptaan-penciptaan sains baru mencapai timur atau barat. Kemajuan bangsa Arab termasuk perkembangan aljabar, lensa dan lain lain mencapai barat dan menambah laju perkembangan di universitas-universitas Eropa yang kemudian mengarahkan kepada masa Renaissance pada abad-abad berikutnya.

Perdagangan

Kebutuhan untuk memuat, mengirimkan dan menyediakan balatentara yang besar menumbuhkan perdagangan di seluruh Eropa. Jalan-jalan yang sebagian besar tidak pernah digunakan sejak masa pendudukan Romawi, terlihat mengalami peningkatan disebabkan oleh para pedagang yang berniat mengembangkan usahanya. Ini bukan saja karena Perang Salib mempersiapkan Eropa untuk bepergian akan tetapi lebih karena banyak orang ingin bepergian setelah diperkenalkan dengan produk-produk dari timur. Hal ini juga membantu pada masa-masa awal Renaissance di Itali, karena banyak negara-kota di Itali yang sejak awal memiliki hubungan perdagangan yang penting dan menguntungkan dengan negara-negara Salib, baik di Tanah Suci maupun kemudian di daerah-daerah bekas Byzantium.
Pertumbuhan perdagangan membawa banyak barang ke Eropa yang sebelumnya tidak mereka kenal atau amat jarang ditemukan dan sangat mahal. Barang-barang ini termasuk berbagai macam rempah-rempah, gading, batu-batu mulia, teknik pembuatan barang kaca yang maju, bentuk awal dari mesiu, jeruk, apel, hasil-hasil tanaman Asia lainnya dan banyak lagi.
Keberhasilan untuk melestarikan Katolik Eropa, bagaimanapun, tidak dapat mengabaikan kejatuhan Kekaisaran Kristen Byzantium, yang sebagian besar diakibatkan oleh kekerasan tentara Salib pada Perang Salib Keempat terhadap Kristen Orthodox Timur, terutama pembersihan yang dilakukan oleh Enrico Dandolo yang terkenal, penguasa Venesia dan sponsor Perang Salib Keempat. Tanah Byzantium adalah negara Kristen yang stabil sejak abad ke-4. Sesudah tentara Salib mengambil alih Konstantinopel pada tahun 1204, Byzantium tidak pernah lagi menjadi sebesar atau sekuat sebelumnya dan akhirnya jatuh pada tahun 1453.
Melihat apa yang terjadi terhadap Byzantium, Perang Salib lebih dapat digambarkan sebagai perlawanan Katolik Roma terhadap ekspansi Islam, ketimbang perlawanan Kristen secara utuh terhadap ekspansi Islam. Di lain pihak, Perang Salib Keempat dapat disebut sebuah anomali. Kita juga dapat mengambil suatu kompromi atas kedua pendapat di atas, khususnya bahwa Perang Salib adalah cara Katolik Roma utama dalam menyelamatkan Katolikisme, yaitu tujuan yang utama adalah memerangi Islam dan tujuan yang kedua adalah mencoba menyelamatkan ke-Kristen-an, dalam konteks inilah, Perang Salib Keempat dapat dikatakan mengabaikan tujuan yang kedua untuk memperoleh bantuan logistik bagi Dandolo untuk mencapai tujuan yang utama. Meski begitu, Perang Salib Keempat ditentang oleh Paus pada saat itu dan secara umum dikenang sebagai suatu kesalahan besar.

Dunia Islam

Perang salib memiliki efek yang buruk tetapi terlokalisir pada dunia Islam.[24] Dimana persamaan antara “Bangsa Frank” dengan “Tentara Salib” meninggalkan bekas yang amat dalam. Muslim secara tradisional mengelu-elukan Saladin, seorang ksatria Kurdi, sebagai pahlawan Perang Salib. Pada abad ke-21, sebagian dunia Arab, seperti gerakan kemerdekaan Arab dan gerakan Pan-Islamisme masih terus menyebut keterlibatan dunia Barat di Timur Tengah sebagai “perang salib”. Perang Salib dianggap oleh dunia Islam sebagai pembantaian yang kejam dan keji oleh kaum Kristen Eropa.
Konsekuensi yang secara jangka panjang menghancurkan tentang perang salib, menurut ahli sejarah Peter Mansfield, adalah pembentukan mental dunia Islam yang cenderung menarik diri. Menurut Peter Mansfield, “Diserang dari berbagai arah, dunia Islam berpaling ke dirinya sendiri. Ia menjadi sangat sensitive dan defensive……sikap yang tumbuh menjadi semakin buruk seiring dengan perkembangan dunia, suatu proses dimana dunia Islam merasa dikucilkan, terus berlanjut.”
"catatan"ini adalah pendapat seorang non muslim

Komunitas Yahudi

Ilustrasi dalam Injil Perancis dari tahun 1250 yang menggambarkan pembantaian orang Yahudi (dikenali dari topinya yakni Judenhut) oleh tentara Salib
Terjadi kekerasan tentara Salib terhadap bangsa Yahudi[25][26][27] di kota-kota di Jerman dan Hongaria, belakangan juga terjadi di Perancis dan Inggris, dan pembantaian Yahudi di Palestina dan Syria menjadi bagian yang penting dalam sejarah Anti-Semit, meski tidak ada satu perang salib pun yang pernah dikumandangkan melawan Yahudi. Serangan-serangan ini meninggalkan bekas yang mendalam dan kesan yang buruk pada kedua belah pihak selama berabad-abad. Kebencian kepada bangsa Yahudi meningkat.[28] Posisi sosial bangsa Yahudi di Eropa Barat semakin merosot dan pembatasan meningkat selama dan sesudah Perang Salib. Hal ini memuluskan jalan bagi legalisasi Anti-Yahudi oleh Paus Innocentius III dan membentuk titik balik bagi Anti-Semit abad pertengahan.
Periode perang salib diungkapkan dalam banyak narasi Yahudi. Di antara narasi-narasi itu, yang terkenal adalah catatan-catatan Solomon bar Simson dan Rabbi Eliezer bar Nathan, “The Narrative of The Old Persecution” yang ditulis oleh Mainz Anonymus dan “Sefer Zekhirah” dan “The Book of Remembrance” oleh Rabbi Ephrain dari Bonn.

Pegunungan Kaukasus

Orang Armenia merupakan pendukung setia Tentara Salib.[29] Di Pegunungan Kaukasus di Georgia, di dataran tinggi Khevsureti yang terpencil, ada sebuah suku yang disebut Khevsurs yang dianggap merupakan keturunan langsung dari sebuah kelompok tentara salib yang terpisah dari induk pasukannya dan tetap dalam keadaan terisolasi dengan sebagian budaya perang salib yang masih utuh. Memasuki abad ke-20, peninggalan dari baju perang, persenjataan dan baju rantai masih digunakan dan terus diturunkan dalam komunitas tersebut. Ahli ethnografi Rusia, Arnold Zisserman, yang menghabiskan 25 tahun (1842 – 1862) di pegunungan Kaukasus, percaya bahwa kelompok dari dataran tinggi Georgia ini adalah keturunan dari tentara Salib yang terakhir berdasarkan dari kebiasaan, bahasa, kesenian dan bukti-bukti yang lain. Penjelajah Amerika Richard Halliburton melihat dan mencatat kebiasaan suku ini pada tahun 1935.

Profil Facebook

recent post

Followers

 

© 2013 My World. All rights resevered. Designed by Me

Back To Top